PERTEMUAN 4
PERENCANAAN KAPASITAS
(Break Even)
A. TUJUAN PRAKTIKUM
Pada pertemuan ini akan dibahas mengenai Break Even dalam system produksi. Dengan tujuan setelah menyelesaikan perkuliahan, praktikan diharapkan mampu Menjelaskan dan memahami metode break even.
B. TEORI ATAU PRINSIP
DASAR PRAKTIKUM
Menurut Lalu Sumayang
(2003), kapasitas adalah
tingkat kemampuan produksi dari suatu fasilitas dan biasanya
dinyatakan dalam jumlah volume output per periode waktu.
Perancangan kapasitas murupakan tahapan pertama yang harus dilakukan
sebelum perusahaan memutuskan untuk membuat suatu produk baru atau perubahan
jumlah volume produk yang akan dihasilkan.
Pengertian Break Even
Kegunaan Break Even Point Asumsi Dasar
Analisis Break Even Point (BEP)
Break Even (titik impas) merupakan suatu kondisi dimana perusahaan dalam operasionalnya tidak
mendapat keuntungan dan juga tidak mengalami kerugian. Dengan kata lain, antara
pendapatan dan biaya pada kondisi yang sama, sehingga labanya adalah nol. Hal
tersebut dapat terjadi bila perusahaan dalam operasinya menggunakan biaya
tetap, dan volume penjualan hanya cukup untuk menutup biaya tetap dan biaya
variabel. Apabila penjualan hanya cukup untuk menutup biaya variabel dan
sebagian biaya tetap, maka perusahaan menderita kerugian. Sebaliknya akan
memperoleh memperoleh keuntungan, bila penjualan melebihi biaya variabel dan
biaya tetap yang harus di keluarkan.
Menurut Drs. Suyadi Prawirosentono M.B.A (1997), Break Even Point adalah
analisis untuk menentukan hal-hal sebagai berikut :
1. Menentukan jumlah minimum
yang harus dipertahankan agar perusahaan
tidak mengalami kerugian. Jumlah penjualan minimum ini berarti juga
jumlah produksi minimum yang harus dibuat.
2. Selanjutnya, menentukan
jumlah penjualan yang harus dicapai untuk memperoleh laba yabg telah
direncanakan. Hal ini berarti tingkat produksi harus ditetapkan untuk
memperoleh laba tersebut.
3. Mengukur dan menjaga agar
penjualan tidak kurang dari titik impas (BEP), sehingga tingkat produksi juga
tidak kurang dari titik impas (BEP).
4. Menganalisa perubahan harga
jual, harga pokok dan besarnya hasil penjualan atau tingkat produksi.
Asumsi Dasar Analisis Break
Even Point (BEP)
Menurut Soehardi Sigit,
(2002;2) didalam menganalisa Break Even Point
termasuk menghitung dan mengumpulkan angka-angka yang dihitung tersebut,
analisa Break Even Point menetapkan syarat-syarat tertentu. Inilah yang disebut
asumsi, dan asumsi-asumsi
yang diperlukan agar dapat menganalisa Break Even Point adalah :
1. Bahwa biaya-biaya yang
terjadi didalam perusahaan yang
bersangkutan (yang dihitung Break Even-nya) dapat di-identifikasikan sebagai
biaya variable, atau sebagai biaya tetap.
2. Bahwa yang ditetapkan
sebagai biaya tetap itu akan tetap konstan, tidak mengalami perubahan meskipun
volume produksi atau volume kegiatan berubah.
3. Bahwa yang ditetapkan
sebagai biaya variabel itu akan tetap sama jika dihitung biaya per unit
produknya, berapapun kuantitas unit yang diproduksikan.
4. Bahwa harga jual per unit
akan tetap saja, berapapun banyak unit produk yang dijual. Harga jual per unit
tidak akan turun meskipun pembeli membeli banyak. Juga sebaliknya harga jual
per unit tidak akan naik, meskipun langganan pembeli hanya sedikit. Sedikit
ataupun banyak yang dibeli, harga per unit tidak akan mengalami perubahan.
5. Bahwa ada
sinkronisasi di dalam
perusahaan yang bersangkutan menjual
atau memproduksi hanya satu jenis barang.
Menurut Mulyadi
(2013: hal 46), asumsi-asumsi yang
mendasari analisa Break Even Point
adalah sebagai berikut :
1. Biaya dipisahkan atau
diklasifikasikan menjadi dua yaitu biaya tetap dan biaya variable dan prinsip
variabilitas biaya dapat diterapkan dengan tepat.
2. Biaya tetap secara total
akan selalu konstan sampai tingkat kapasitas penuh. Biaya tetap adalah
merupakan biaya yang selalu akan terjadi walaupun perusahaan berhenti
beroperasi.
3. Biaya variable akan berubah
secara proporsional (sebanding) dengan perubahan volume penjualan dan
sinkronisasi antara produksi dan penjualan.
4. Harga jual persatuan barang
tidak berubah berapapun jumlah satuan barang yang dijual atau tidak ada
perubahan harga secara umum.
5. Hanya ada satu jenis barang
yang diproduksi atau dijual atau jika lebih dari satu jenis maka kombinasi atau
komposisi penjualannya (sales mix) akan tetap konstan.
Kegunaan Analisa Break Even
Point
Menurut
Kasmir, S.E., M.M. kegunaan dari Break Even Point sebagai berikut :
1.
Untuk mengetahui pada jumlah berapa hasil penjualan sama dengan jumlah
biaya. Atau perusahaan beropersidalam kondisi tidak laba dan tidak pula rugi
atau laba sama dengan nol.
2.
Untuk menentukan biaya-biaya yang dikeluarkan dan
jumlah produksi. Dengan demikian akan dapat ditentukan diketahui berapa jumlah
yang layak untuk dijalankan.
3.
Untuk membantu manajer mengambil keputusan dalam
hal aliran kas, jumlah permintaan (produksi), dan penentuan harga suatu produk
tertentu. Intinya kegunaan dari analisis ini adalah untuk menentukan jumlah
keuntungan pada berbagai tingkat penjualan.
Jenis Biaya Berdasarkan
Break Even (Titik Impas).
1. Variabel Cost (biaya
variabel)
Variabel cost
merupakan jenis biaya yang selalu berubah sesuai dengan perubahan volume
penjualan, dimana perubahannya tercermin dalam biaya variabel total.
2. Fixed Cost (biaya tetap)
Fixed cost merupakan jenis biaya yang selalu tetap dan tidak terpengaruh
oleh volume penjualan melainkan dihubungkan dengan waktu sehingga jenis biaya
ini akan konstan selama periode tertentu.
3. Semi Varibel Cost
Semi variabel cost merupakan jenis biaya yang sebagian variabel dan
sebagian tetap, yang kadang-kadang disebut dengan semi fixed cost.
Terdapat
dua cara untuk menghitung BEP, yaitu Menggunakan rumus unit dan rupiah :
·
Rumus unit
BEP = Biaya tetap / (harga per unit – biaya
variabel)
·
Rupiah
BEP = Biaya tetap / ( 1 – biaya variabel / harga
per unit)
C. PROSEDUR DAN MEKANISME PRAKTIK
Asumsikan
secara logis data-data yang diperlukan untuk menghitung BEP sesuai dengan produk anda pada pertemuan sebelumnya.
Tentukan berapa jumlah produk
yang harus dijual oleh perusahaan anda agar dapat diperoleh titik impas, hitunglah dengan menggunaan metode Break Event.
D. LEMBAR KERJA
PT. Kelompok
2 merupakan perusahaan baru yang khusus memproduksi mainan kereta kayu untuk anak-anak yang bersifat
edukatif. Setiap bulan pabrik memproduksi
100 mainan. Sedangkan harga per unit adalah Rp. 60.000 Untuk biaya variabel pada mainan, rata-rata adalah $ 30.000 dan biaya tetap tahunan rata-rata adalah $ 3.000.000. Pertanyaannya adalah berapa banyak mainan yang
harus diproduksi dan harga per mainan
untuk mencapai titik impas?
Langkah penyelesaian :
1.
Langkah awal hitung jumlah mainan yang akan diproduksi
BEP = Biaya tetap / (harga per unit – biaya
variabel)
= 3.000.000 / (60.000 – 30.000) = 100 unit
2.
Rupiah/nominal mata uang
BEP = Biaya tetap / ( 1 - Biaya variabel / Harga per unit)
= 3.000.000 / ( 1- 30.000 / 60.000) = 6.000.000
Kesimpulan :
Berdasarkan perhitungan diatas, mainan yang harus
diproduksi sebanyak 100 unit dan untuk mencapai titik impas maka perusahaan
harus mendapat untung sebesar Rp. 6.000.000.
E. REFERENSI
·
Broti, Teguh, 2002, Perencanaan dan
Pengendalian Produksi, Ghalia Indonesia, Bogor
·
Mardani, Heri. 2020. “Analisis
Perencanaan Kapasitas Produksi Menggunakan Metode Break Even Point”,
https://dspace.uii.ac.id/bitstream/handle/123456789/1535/08%20naskah%20publikasi.pdf?sequence=14&isAllowed=y ,. Diakses
pada 16 Desember 2020 pukul 15.00
- Liliyen Dicky, et al. 2020. “PERENCANAAN KAPASITAS PRODUKSI TEH HITAMMENGGUNAKAN METODE ROUGH CUT CAPACITY PLANNING DI PT. PERKEBUNAN NUSANTARA IV UNIT KEBUN