Senin, 11 Maret 2019

teori psikoanalisis humanistik erich fromm


BAB 1
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Teori Psikoanalisis Humanistis menurut Erich Fromm,ketika seorang anak memikirkan perang sedang terjadi dikampung halamannya perang yang ia lihat secara langsung adalah perang dunia satu,perang besar. Ia melihat orang-orang dari negaranya jerman membenci orang-orang dari negara lawan terutama prancis dan inggris,dan ia yakin bahwa orang-orang prancis dan inggris membenci orang-orang jerman,perang tersebut tidak masuk akal. Bukanlah satu-satunya hal yang mengganggu pikiran sianak muda.Ia juga sulit memahami kejadian bunuh diri seorang seniman cantik yang masih muda ia membunuh dirinya segera setelah kematian ayahnya sebuah kejadian membuat seorang anak laki-laki berusia 12 tahun merasa bingung dan galau.Sang perempuan tersebut teman dari keluarga si anak cantik an berbakat,sedangkan ayahnya tua dan tidak menarik. Namun demikian,ia meninggalkan pesan sebelum bunuh diri menyatakan bahwa ia ingin dikuburkan bersama ayahnya sang anak tidak dapat memahami keinginan ataupun tindakannya tersebut seniman cantik itu tampak memiliki segalanya untuk hidup,tetapi ia memilih kematian dari pada kehidupan tanpa ayahnya. Pengalaman ketiga yang membantu terbentuknya awal kehidupan sang anak adalah bimbingan dari guru-guru talmud (kumpulan naskah hasil diskusi para Rabi mengenai ajaran Yahudi). Hosea dan Amos yang dapat menyelamatkan manusia dari iblis walaupun akhirnya ia menelantarkan agamanya,pengalaman dengan ahli-ahli talmud ini bercamour dengan kebenciannya terhadap perang dan kebingungannya akan seniman yang bunuh diri,menghasilkan pandangan humanistik yang subtansial dari Erich Fromm.
B.     Rumusan Masalah

1)      Apa itu Psikologi Humanistik Fromm?
2)      Siapa itu Erich Fromm?
3)      Apa saja karya-karya Erich Fromm?
4)      Kebuuhan Manusia menurut Fromm?
5)      Apa saja Mekanisme Pelarian?
6)      Apasaja Orientasi Karakter?
7)      Gangguan Kpribadian mnurut Fromm?

C.    Tujuan Makalah
Untuk mengetahui apa, seperti apa, bagaimana, Psikologi Kepribadian Humanistik Erich Fromm!





BAB 2
PEMBAHASAN
2.1 Gambaran Umum Teori Psikoanalisis Humanistis
Tesis dasar Erich Fromm menyatakan bahwa manusia pada masa modern ini telah terpisah dari kesulitan prasejarah mereka dengan alam dan juga dengan satu sama lain, namun mereka memiliki kekuatan akal , antisipasi, dan imajinasi.
Psikoanalisi Humanistis bersumsi bahwa terpisahnya manusia dengan dunia alam menghasilkan perasaan kesendirian dan isolasi, kondisi yang disebut sebagai kecemasan dasar (basic anxiety)
2.2    Biografi Erich Fromm
Fromm lahir pada tanggal 23 Maret 1900 di Frankfurt , Jerman. Ia merupakn anak tunggal dari orang tua Yahudi Ortodoks kelas menengah. Ayahnya, Naphtali Fromm, adalah anak seorang rabi dan cucu dari dua rabi. Ibunya, Rosa Krause Fromm, adalah keponakan Ludwig Krause, seorang ahli Talmud yang terpandang . Semasa kanak-kanak, Erich mempelajari Kesaksian lama dengan beberapa ahli terama, orang – orang yang dianggap sebagai “humanis dengan toleransi luar biasa” Psikologi Humansti Fromm dapat dilacak melalui ayat – ayat ini,”dengan pandangan mereka akan perdamaian alam semesta dan harmoni serta ajaran mereka bahwa adanya aspek – aspek etis dalam sejarah, bahwa bangsa – bangsa dapat berbat benar dan salah dan bahwa sejarah memiliki hukum moralnya sendiri.
Masa Kecil Fromm jauh dari kehidupan ideal. Ia ingat bahwa ia memiliki “orang tua neurotik” dan bahwa ia “kemungkinan seorang anak neurotik ang agak diluar batas”. Ia melihat ayahnya dalam keadaan gusar dan ibunya yang rentan depresi. Kemudian, ia tumbuh di dua dunia yang sangat berbeda, saalah satunya adalah dunia Yahudi Ortodoks, yang lainnya adalah dunia kapitais modern.
Fromm beralihb ke psikoanalisis. Ia percaya bahwa psikoanalisis menjanjikan jawaban untuk pertanyaan-pertanyaannya tentang motivasi manusia yang tak terjawab di bidang-bidang lain. Dari tahun 1930, ia mempelajari psikoanalisis, pertama di Munich lalu Frankfurt dan akhirnya di Berlin Psychoanalisis Institute , dimana ia dianalisis oleh Hanns Sachs , seorang murid Freud . Walaupun Fromm tidak pernah bertemu Freud, sebagai besar gurunya selama tahun-tahun tersebut adalah pendukung setia teori freud.
Pada tahun 1926, tahun yang sama dimana ia keluar dari Agama Yahudi Ortodoks , Fromm menikahi Frieda Reichmann (analisisnya) yang berusia lebih tua sepuluh tahun darinya. Di kemuian hari, Reichman memperoleh reputasi internasional untuk hasil kerjanya dengan pasien-pasien skizofrenia. G.P.Knapp (1989) menyatakan bahwa Reichman jelas seorang figur ibu bagi Fromm dan bahkan secara fisik pun mirip dengan ibunya. Gail Hornstein (2000) menambahkan bahwa Fromm tampak langsung beralih dari menjadi kesayangan ibunya ke hubungan-hubungan dengan beberapa wanita lebih tua menyayanginya. Bagaimanpun, pernikahan Fromm dan istrinya bukan pernikahan yang bahagia. Mereka berpisah pada tahun 1930, namun tidak langsung bercerai sampai tidak lama kemudian, setelah keduanya berhijrah ke Amerika Serikat.
Pada tahun 1930, Fromm dan beberapa orang lainnya ,mendirikan South German Institute for Psychoalytic di Frankfurt. Akan tetapi , dengan ancaman Nazi yang semakin kuat, ia segera pindah ke Swiss di mana ia bergabung dimana ia bergabung dengan International Institute Of Social Research di Jenawa. Pada tahun 1933, ia menerima undangan untuk mengajar kuliah di Chicago Psychoanalytic Institute. Pada tahun berikutnya, ia berhijrah ke Amerika Serikat dan membuka praktik pribadi di kota New York.
            Di Chicago dan New York , Formm berteman dengan Karen Horney, yang ia kenal di Berlin Psyhoanalytic Institute . Horney yang berusia lima belas tahun lebih tua dari Formm, akhirnya menjadi figur ibu yang kuat guru baginya. Pada tahun 1941 Fromm bergabung dengan Asosiasi untuk Perkembangan Psikoanalisis (Association for Advancement pf Psychoanalisis-AAP). Walaupun ia Horney pernah menjadi pasangan kekasih, mereka menjadi lawan ketika terjadi perpecahan daam asosiasi pada tahun 1943. Ketika para mahasiswa meminta Fromm, yang tidak bergelar D, untuk mengajar mata kuliah klinis, organisasi terpecah ketika memutuskan kualifikasinya.
Pada tahun 1944, Fromm menikahi Henny Gurland, seorang wanita yang dua tahun lebih muda darinya dan memiliki minat terhadap agama dan pikiran mistis yang kemudian mendorong hasrat Fromm akan Budhisme Zen lebih jauh. Pada tahun 1951, pasangan ini pindah ke Messiko, untuk iklim yang lebih bersahabat, demi Gurland yang menderita radang sendi (rheumatoid arthritis). Fromm kemudian bekerja di National Autonomous University, Mexico City dimana ia mendirikan departemen psikoanalisis di sekolah kedokteran. Setelah istrinya meninggal pada tahun 1952, ia terus tinggal di Meksiko dan pulang pergi antaararumahnya di Cuernavaca dan Ameika Serikat, dimana ia memegang baerbagai posisi akademis, termasuk Profesor psikologi di Michigan State University dari tahun 1957 sampai 1961 dan profesor pembantu di New York University dari tahun 1962 sampai 1970 . Di Meksiko, ia bertemu dengan Annis Freeman yang ia nikahi pada tahun 1953. Pada tahun 1968 , Fromm menderita serangan jantung akut dan terpaksa mengurangi kesibukannya. Di tahun 1974, dalam keadaan masih sakit, ia dan istrinya pindah ke Muralto, Swiss dimana ia meninggal dunia pada tanggal 18 Maret 1980, beberapa hari setelah ulang tahunnya yang ke-80.
Form memulai karier profersionalya sebagai psikoterapis menggunakan teknik psikoanalisis ortodoks. Sepuluh tahun setelah ia “bosan” dengan pendekatan Freud ,ia mengembangkan metodenya sendiri yag lebih aktif dan konfrontasional.Selama bertahun-tahun , gagasan-gagasannya mengenai budaya, sosial, ekonomi, psikologis telah menjadi perhatian banyak orang.
Buku-Buku terbaiknya diantaranya :
1.    Escape from Freedom (1941)
2.    Man for Himself (1947)
3.    Psyhoanalysis and Religion (1950)
4.    The Sane Society (1955)
5.    The art of Loving (1956)
6.    Marx’s Concept of Man (1961)
7.    The Heart of Man (1964)
8.    The Anatomy of Human Destructiveness (1973)
9.    To Have or Be (1976)
10.    For the Love pof Life (1986)
2.3    Asumsi Dasar Fromm
Asumsi Dasar Fromm adalah bahwa kepribadian individu dapat dimengerti hanya dengan memahami sejarah manusia. “Diskusi mengenai kadaan manusia harus mendahulkan fakta bahwa kepribadian dan psikologi harus didaasari oleh konsep antropologis-filosofis akan keberadaan manusia”.
            Fromm (1947) percaya bahwa manusia tidak seperti bintang lainnya, telah “tercerai berai”) dari kesatuan prasejarahnya dengan alam. Mereka tidak memiliki insting kuat untuk bradaptasi dengan dunia yang berubah, melainkan mereka telah memperoleh kemampuan bernalar-keadaan yang disebut Fromm sebagai dilema manusia. Kemampuan bernalar adalah anugerah dan juga kutukan. Di satu sisi, kemampuan ini membiarkan manusia bertahan, namun disis lain, halini memaksa manusia berusaha untuk menyelesaikan dikotomi dasar yang tidak ada jalan keluarnya. Fromm menyebut hal tersebut  sebagai “dikotomi eksistensial” (existensial dichotomies), karena hal ini berakar dari keberadaan atau eksistensi manusia. Mereka hanya bisa bereaksi terhadap dikotomi ini tergantung pada kultur dan kepribadian masing-masing individu.
Dikotomi pertama dan paling fundamental adalah antara hidup dan mati. Realisasi diri dan nalar mengatakan bahwa kia kan mati. Namun kita berusaha mengingkari hal ini dengan menganggap adanya kehidupan setelah kematian, usaha yang tiadak merubah fakta bahwa hidup kita akan diakhiri dengan kematian.
                               Dikotomi eksistensial kedua adalah bahwa manusia mampu membentuk konsep tujuan dari realisasi diri utuh, namun kita juga menyadari bahwa hidup terlalu singkat untuk mencapai tujuan itu.
                   Dikotomi eksistensial ketiga adalah bahwa manusia padaahirnya hanya sendiri, namun kita tetap tidak bisa menerima pengucilan atau isolasi.

2.4    Kebutuhan Manusia
       Sebagai hewan, manusia terdorong oleh kebutuhan – kebutuhan fisiologis, seperti rasa lapar, seks, dan keamanan.
Fromm (1955) menyatakan bahwa satu perbedaan itu penting antara manusia yang sehat secara mental dan manusia neurotik atau tidak waras adalah bahwa manusia yang sehat secara mental menemukan jawaban atas keberadaan mereka ,jawaban yang lebih sesuai dengan jumlah kebutuhan manusia. Dengan kata lain, individu yang sehat lebih mampu menemukan cara untuk bersatu kembali dengan dunia, dengan secara produktif memenuhi kebutuhan manusiawi akan keterhubungan, keunggulan, keberakaran, kepekaan akan identitas,dan kerangka orientasi.
2.5    Keberakaran
Kebutuhan eksistensial ketiga adalah Keberakaran  (rootedness) atau kebutuhan untuk berakar atau merasa berpulang kembali di dunia. Ketika mnusia berevolusi sebagai spesies terpisah, mereka kehilangan rumah mereka di dunia alam.
Keberakaran juga dapat dicari melaluicara produktif dan nonproduktif. Dengan cara produktif, ketika manusia berhenti disapih oleh ibu mereka dan lahir secara utuh , mereka secara aktif dan kreatif berhubungan dengan dunia dan menjadi utuh atau terintegrasi. Manusia dapat mencari keberakaran melalu cara nonprduktif yaitu fiksasi keengganan yang kuat untuk bergerak melampaui keamanan dan perlindungan yang diberikn oleh serang ibu.
            Keberakaran juga dapat dilihat secara filogenetis dalam evolusi spesies manusia. Fromm setuju dengan Freud bahwa keinginan untuk melakukan hubungan sedarah adalah universal, namun ia tidak setuju dengan keyakinan Freud bahwa hubungan yang diinginkan tersebut secara esensial adalah hubungan seksual.
Fromm memilih (1977) teori Bachofen yang berpusat ada ibu dan berkaitan dengan situasi Oedipal (Menyukai wanita yang lebih tua) dibandingkan Freud yang lebih berpusat pada ayah. Menurut Fromm, Oedipus Complex adalah keinginan untukkembali ke rahimibu atau seseorang dengan fungsi keibuan yang harus dilihat dalam ketertarikannya pada wanita lebih tua.
2.6    Kepekaan akan Identitas
       Kebutuhan manusia yang keempat adalah kepekaan akan identitas (sense of identty) atau kemampuan untuk menyadari diri sendiri sebagai wujud terpisah. Oleh karena kita telah tepisah oleh alam., maka kita harus membentuk konsep akan diri kita sendiri dan untuk mampu berkata “saya adalah saya” atau “saya adalah subjek dari tindakan saya”. Fromm (1981) percaya bahwa manusia primitif mengdentifikasi diri mereka lebih dekat dengan klain mereka dan tidak melihat dirinya sebagai individu yang terpisah dari kelompok.               
2.7    Kerangka Orientasi
       Kebutuhn terakhir manusia adalah Kerangka Orientasi (Frame of orientation). Oleh karena terpisah dari dunia alam, akan manusia membutuhkan peta jalan, kerangka arah atau orientasi, untuk mencari jalannya dalam dunia. Tanpa peta tersebut, manusia akan “kebingungan dan tidak mampu melakukan tindakan dengan tujuan dan konsisten”. Kerangka orientas membuat manusia bisa mengatur berbagai macam rangsang yang mengganggu mereka.

2.8    Rangkuman Kebtuhan Manusia
Rangkuman Kebutuhan Manusia menurut Fromm

Komponen Negatif
Komponen Posiif
Keterhubungan
Kepasrahan atau dominasi
Cinta
Keunggulan
Hal-hal destruktif
Hal-hal kreatif
Keberakaran
Fiksasi
Keutuhan
Kepekaan akan identitas
Penyesuaan dengan kelomok
Individualits
Kerangka orientasi
Tujuan irasional
Tujuan rasional



2.9    Beban Kebebasan
       Tesis utama dari tulisan-tulisan Fromm adalah bahwa manusia telah terpisah dari alam , namun tetap menjadi bagian dari alam semesta, subjek bagi batasan-batasan fisik sebagai hewan lain.
       Akal Pikiran adalah kutukan dan juga anugerah.  Akal pikiran bertanggung jawab atas timbunya perasaan keterasingan dan kesendirian, namun juga merupakan proses yang membiarkan manusia bersatu kembali dengan dunia.
            Pengalaman yang sama (paraler) terjadi di tingkat pribadi. Sejalan dengan anak menjadi lebih mandiri dan tidak membutuhkan ibunya, mereka mendapat kebebasan lebih untuk mengungkapkan individualitas mereka, bergerak tanpa diawasi, memilih teman, pakaian, dan seterusnya. Di saat yang bersamaan, mereka merasakan beban dari kebebasan, yaitu mereka bebas dari rasa aman saat berada dekat dengan ibunya. Di tingkat sosial dan individu, beban ini menciptakan kecemasan dasar (basic anxiety), yaitu perasaan bahwa kita sendirian di dunia.

2.10 Mekanisme Pelarian
       Oleh karena kecemasan dasar menghasilkan rasa keterasingan dan kesendirian yang menakutkan, maka manusia berusaha untuk lari dari kebebasan melalui berbagai macam mekanisme pelarian.
       Dalam Kabur dari Kebebasan (Escape –authoritarianism, merusak dan konformitas. Berbeda dengan kecenderungan neurotik Horney. Mekanisme pelarian Fromm adalah kekuatan yang mendorong manusia, baik secara individu maupun kolektif.
Authoritarianism
       Fromm (1941) mendefinisikan Authoritarianism sebagai “Kecenderungan untuk menyerahkan kemandirian seseorang secara individu dan meleburkannya dengan seseorang atau sesuatu di luar dirinya demi mendapatka kekuatan yang tidak dimilikinya”. Kebutuhan untuk bersatu dengan mitra yang kuat ini dapat berupa dua hal masokisme atau sadisme . Masokisme timbul dari rasa ketidakberdayaan , lemah , serta lebih kuat. Usaha masokis sering berkedok sebagai cinta atau kesetian, namun berbeda dengan cinta dan kesetian, usaha tersebut tidak akan berkonstrubusi secara positif pada kemandirian dan otentisitas.
Dibandingkan dengan masokisme, sadisme lebih neurotik dan lebih berbahaya secara sosial. Sepererti masokisme, sadisme bertujuan mengurangi kecemasan tiga jenis kecenderungan sadisme yang semuaya lebih kurang tergolong sama. Pertama adalah kebutuhan untuk membuat orang lain bergantung pada dirinya dasar dengan mencapai kasatuan dengan satu orang atau lebih.  Fromm memperkenalkan dan berkuasa akan mereka yang lemah. Kedua adalah keinginan untuk mengeksploitasi orang lain, memanfaatkan mereka, dan menggunakan mereka untuk keuntungan dan kesenangan dirinya sendiri. Kecenderungan sadistik ketiga adalah keinginan untuk melihat orang lain menderita, baik secara fisik maupun psikologis.

Sifat Merusak
Seperti Authoriatarianism, sifat merusak (destructiveness) berasal dari perasaan kesendirian, keterasingan, dan ketidakberdayaan. Namun berbeda dengan sadisme dan mesokisme, sifat merusak tidak bergantung pada hubungan berkesinambangan dengan orang lain, melainkan mencari jalan untuk menghilangkan orang lain.
Konformitas
Cara ketiga untuk melarikan diri adalah Konformitas (conformity). Orang yang melakukan konformitas berusaha melarikan diri dari rasa kesendirian dan keterasingan dengan menyerahkan individualitas mereka dan menjadi apapun yang orang lain inginkan. Dengan demikian, mereka jadi seperti robot, memberikan reaksi yang dapat diperkirakan secara otomatis seseuai dengan olah orang lain. Mereka jarang mengungkapkan pendapat mereka sendiri, berpegangan erat pada patokan perilaku, dan sering tanpak kaku dan terprogram.
Manusia didunia modern, bebas dari ikatan eksternal dan bebas untuk bertindak menurut kehendak mereka, namun di saat yang bersamaan, mereka tidak tahu apa yang mereka inginkan, pikirkan atau rasakan. Mereka menyesuaikan diri, seperti robot, terhadap kekuasaan anonim dan mengadopsi diri yang tidak otentik. Semakin mereka melakukan konformitas, semakin mereka merasa tak berdaya. Semakin mereka merasa tak berdaya, semakin mereka harus melakukan konformitas. Manusia dapat lepas dari siklus konformitas dan ketidakberdayaan ini hanya dengan mencapai realisasi diri dan kebebasan positif.
Kebebasan Positif
Munculnya kebebasan politik dan ekonomi mau tidak mau mendorong kita ke arah perbudakan akan keterasingan dan ketidakberdayaan. Seeseorang “dapat bebas dan tidak dipenuhi keraguan, mandiri namun tetap menjadi bagian dari kesatuan umat manusia”. Manusia dapat mencapai kebebasan semacam itu, kebebasan yang disebut sebagai Kebebasan Positif dengan pengungkapan penuh dan spontan dari potensi rasional maupun emosionalnya. Aktivitas spontan sering kali terlihat pada anak-anak dan seniman yang memiliki edikit kecenderungan atau tidak sama sekali untuk menyesuaikan diri dengan apapun yang orang lain ingin jadikan dari mereka. Mereka bertindak menerut sifat dasar dan tidak menurut aturan-aturan konvensional.
Dengan kebebasan positif dan aktifitas spontan, manusia dapat mengatasi ketakutan akan kesendirian, mencapai kesatuan denagan dunia, dan mempertahankan individualitas. Fromm menyatakan bahwa cinta dan kerja adalah dua komponen kembar dari kebebasan positif . Melalui cinta dan kerja yang aktif , manusia bersatu dunia dan dengan yang lainnya tanpa mengorbankann integritas mereka. Mereka menegaskan keunikan mereka sebagai individu dan mencapai keasadaran penuh akan potensial mereka.
2.11     Orientasi Karakter
          Dlam teori Fromm, kepribadian tercemin pada orientasi karakter seseorang, yaitu cara reltif manusia yang permanen untuk berhubungan dengan orang atau hal lain. Fromm (1947) mendefinisikan kepibadian sebagai “keseluruhan kualitas psikis yang diwarisi dan diperoleh yang merupakan karakteristik individu dan menjadiannya individu yang unik”. Kualitas yang diperoleh dan yang paling penting bagi kepribadian adalah karakter , yang didefinisikan sebagai “sistem yang relatif permanen dari semua dorongan moninstingtif dimana melaluinya manusia menghubungkan dirinya dengan dunia manusia dan alam”.
            Manusia menghubungkan diri dengan dunia melalui dua cara dengan memperoleh dan menggunkan suatuhal (asimilasi) dan dengan meghubungkan dirinya dengan yang lain (sosialisasi). Secara umum , manusia dapat menghubungkan diriny dengan hal atau orang lain dengan cara nonproduktif maupun produktif.
2.11.1 Orientasi Nonproduktif
            Manusia dapat memperoleh sesuatu melalui keempat orientasi nonproduktif in yaitu (1) menerima segala sesuatu secara pasif, (2) eksploitasi atau mengambil sesuatu dengan paksa,(3) menimbunobjek, dan (4) memasarkan atau menukar sesuatu . Fromm menggunakan istilah “nonproduktif” untuk menerangkan cara-cara yang gagal untuk menggerakan manusia lebih dekat pada
kebebasan positif dan realisasi diri. Orientasi nonproduktif, bagaimanapun, tidak sepenuhnya negatif, masing-masing memiliki aspek negatif dan positif. Kepribadian selalu merupakan paduan atau kombinsi dari beberapa orientasi, walaupun salah satunya dominan.

Ada beberapa karakter yang dimiliki oleh manusia.
a.       Reseptif (receptive),
Karakter reseptif merasa bahwa sumber bagi semua kebaikan terletak di luar diri mereka bahwa satu-satunya cara mereka berhubungan dengan dunia adalah menerima semua hal termasuk cinta, pengetahuan dan kepemilikan material. Mereka lebih memusatkan perhatian kepada menerima dari pada memberi. Kualitas negatif pribadi reseptif mencakup kepasifan, kepatuhan, dan kurang percaya diri. Sifat positif mereka sebaliknya adalah kesetiaan, penerimaan, dan rasa percaya kepada orang lain.

b.      Eksploitatif (explotative)
      Karakter eksploitatif percaya bahwa sumber-sumber semua kebaikan berada di luar dirinya. Namun, tidak seperti pribadi reseptif, mereka secara agresif mengambil apa yang mereka inginkan dari pada menunggu dari pada menerimanya dengan pasif. Dalam hubungan sosial, mereka tampak menggunakan paksaan atau kekuatan untuk mengambil pasangan, ide-ide atau property seseorang. Manusia yang ekploitatif bisa saja “jatuh cinta” dengan seorang perempuan yang sudah menikah, bukan karena dia benar-benar menyukai perempuan itu, melainkan karena dia ingin mengeksploitasi istrinya. Wilayah ide, manusia yang eksploitatif lebih suku mencuri atau mem-plagiat dari pada menemukan ide-ide baru. Tidak seperti karakter reseptif, mereka bersedia mengungkapkan pendapatnya sendiri namun, biasanya itu adalah opini yang sudah dicuri dari orang lain. Mengenal sisi negatifnya, karakter eksploitatif cenderung egosentrik, penuh tipu daya, arogan, dan penuh bujuk rayu. Sedangkan sisi positifnya, mereka bersifat impulsif, bangga, dan penuh percaya diri.
c.       Penimbun (Hoarding)
Karakter penimbun lebih berusaha menyelamatkan apa yang diperolehnya. Mereka memegang segala sesuatu tetap dalam dirinya dan tidak membiarkan satu hal pun lepas.Mereka menyimpan uang uang, perasaan, dan pikiran untuk mereka sendiri. DAlam hubungan cinta mereka berusaha memiliki cinta seseorang dan menjaga hubungan itu daripada membiarkannya berusaha dan tumbuh. Mereka mirip dengan karakter anal Freud dalam hal keteraturan yang berlebih-lebihan, keras kepala dan pelit. Namun begitu, Fromm(1964) percaya bahwa karakter penimbun watak anal ini bukan hasil dari dorongan-dorongan seksual melainkan bagian dari ketertarikan umum mereka kepada segala sesuatu yang tidak hidup, termasuk feses.
Sifat negatif dari kepribadian diantara mencakup rigiditas, sterilitas, kekeraskepalaan, kompulsif, dan tidak kreatif; sebaliknya, karakter positifnya mencakup suka kerapihan, suka kebersihan, dan hemat.
d.      Marketing (marketing)
      Karakter marketing tumbuh dari perdagangan modern di mana perdangangan bukan lagi milik personal melainkan dilakukan koperasi-koperasi raksasa tak berwajah. Konsisten dengan tuntutan-tuntutan perdagangan modern karakter marketing melihat diri mereka sebagai diri mereka sebagai komoditas di mana nilai pribadi mereka bergantung kepada nilai tukar mereka, yaitu kemampuan untuk menjual diri mereka sendiri.
      Kepribadian marketing atau pertukaran harus melihat diri mereka selalu berada dalam permintaan yang konstan; mereka harus membuat orang lain percaya bahwa mereka harus memiliki kecakapan khusus dan pandai menjual. Rasa aman pribadi terletak diatas landasan yang labil karena mereka harus menyesuaikan kepribadian mereka dengan apa yang sedang diminati. Mereka memainkan banyak peran dan dituntun oleh motto. “Aku adalah apa yang kamu inginkan. “(Fromm, 1947, dalam Feist).
      Manusia marketing tidak memiliki masa lalu atau masa depan, dan tidak memiliki prinsip atau nilai permanen. Mereka memiliki sedikit saja sifat positif dibandingkan orientasi yang lain. Karena pada dasarnya mereka adalah bejana kosong yang harus diisi dengan apapun karateristik yang paling laris dijual. Ciri negatif karakter marketing tidak memiliki tujuan, oportunis, dan tidak konsisten dan menyia-nyiakan diri sendiri. Namun cirri positifnya mencakup kesediaan mau berubah, berpikiran terbuka, adaptif dan murah hati.

 2.11.2   Orientasi Produktif
  Orientasi yang produktif memiliki tiga dimensi yakni, kerja, cinta, dan penalaran. Karena manusia produktif bekerja menuju kebebasan positif yang realisasi terus menerus potensi mereka, maka mereka adalah orang-orang yang paling sehat dari semua tipe karakter. Hanya melalui aktivitas yang produktif barulah manusia dapat menjawab dilemma dasar manusia;yaitu menyatu dengan dunia dan orang lain. Sembari mempertahankan keunikan dan individualitasnya. Solusi ini dapat dicapai hanya melalui kerja, cinta, dan pemikiran yang produktif.
Manusia yang sehat menilai kerja bukan sebagai akhir, melainkan sebagai cara pengekspresian diri secara kreatif. Mereka tidak bekerja untuk mengeksploitasi orang lain atau mengakumulasi kepemilikian material yang tidak dibutuhkan. Mereka tidak malas atau aktif, namun kompulsif, melainkan menggunakan kerja sebagai cara memproduksi hal-hal yang dibutuhkan untuk hidup.  Cinta yang produktif dicirikan oleh empat kualitas cinta seperti perhatian, tanggung jawab, penghargaan, dan pengenalan. Sebagai tambahan empat karateristik ini, manusia yang sehat memiliki biofilia; yaitu cinta yang menggebu-gebu terhadap kehidupan dan semua yang hidup. Pribadi biofilia berhasrat mengembangkan semua kehidupan sampai sejauh mungkin – hidup manusia, hewan, tumbuhan, ide,dan budaya. Mereka focus pada pertumbuhan dan perkembangan diri mereka seperti terhadap orang lain. Individu-individu ingin mempengaruhi manusia lewat cinta, rasio, dan keteladanan – bukan dengan kekuatan pemaksaan. Fromm yakin bahwa cinta kepada orang lain dan cinta kepada diri sendiri tidak dapat dipisahkan namun bahwa cinta pada diri harus datang lebih dulu. Semua orang memiliki kemampuan untuk melakukan cinta yang produktif namun, sebagian besar tidak dapat mencapainya lkarena pertam-pertama mereka tidak dapat mencintai diri mereka sendiri apa adanya.
Pemikiran yang produktif, merupakan pemikiran yang tidak dapat dipisahkan dari kerja dan cinta yang produktif, dimotivasi oleh minat besar terhadap orang atau objek lain. Manusia yang sehat melihat orang lain sebagaimana adanya dan bukan seperti yang mereka inginkan terhadap orang-orang itu.Dengan cara yang sama mereka mengenal diri mereka sendiri apa adanya dan tidak perlu menipu diri sendiri.
Fromm (1947)yakin bahwa manusia yang sehat bersandar kepada sejumlah kombinasi dari kelima orientasi karakter ini. Perjuangan bertahan hidup sebagai individu yang sehat bergantung pada kemampuan mereka menerima hal-hal dari orang lain secara terbuka, mengambil hal-hal dengan tepat, menjaga hal-hal dengan baik, menukar hal-hal dengan benar, dan bekerja, mencintai, dan berpikir.
2.11.3 Orientasi Penimbunan
           Penimbunan orang mengharapkan untuk tetap. Mereka melihat dunia sebagai harta milik dan sesuatu yang potensial. Bahkan orang-orang yang dicintai adalah hal-hal untuk dapat memiliki, menyimpan, atau membeli. Fromm, menggambarkan pada Karl Marx, berkaitan dengan tipe borjuis seperti ini, kelas pedagang menengah, serta petani kaya dan orang-orang pengrajin. Dia asosiasikan hal itu terutama yang berhubungan dengan etos kerja Protestan, dan kelompok-kelompok seperti Puritan kita sendiri. Penimbunan dikaitkan dengan bentuk keluarga yang dingin, menarik dan merusak. Saya mungkin menambahkan bahwa ada hubungan yang jelas dengan perfeksionisme. Freud menyebutnya jenis dubur kokoh, Adler (sampai batas tertentu) jenis menghindari, dan Horney (sedikit lebih jelas) jenis menarik. Dalam bentuk murni, itu berarti Anda adalah seorang yang keras kepala, pelit, dan imajinatif. Jika Anda adalah versi yang lebih ringan dari penimbunan, Anda mungkin seorang yang teguh, ekonomis, dan praktis.




2.12  GANGGUAN KEPRIBADIAN
Jika manusia yang  sehat mampu bekerja, mencintai, dan berpikir secara produktif, maka kepribadian tidak sehat ditandai dengan masalah dalam tiga area, khususnya kegagalan untuk mencintai secara produktif. Fromm (1981) menyatakan bahwa orang-orang yang terganggu secara psikologis tidak mampu mencitai dan gagal mencapai kesatuan dengan yang lainya. Ia membahas tiga gangguan kepribadian yang berat : NEKROFILIA, NARSISME BERAT dan SIMBIOSIS INSES.
-NEKROFILIA
Istilah “nekrofilia” (necrophilia) berarti cinta akan kematian dan biasanya mengacu pada kelainan seksual di mana seseorang menginginkan kontak seksual dengan mayat. Akan tetapi, Fromm (1964,1973) menggunakan istilah nekrofilia dalam arti yang lebih umum untuk menunjukan ketertarikan akan kematian. Nekrofilia adalah orientasi karakter alternatif bagi biofilia. secara alami, manusia mencintai kehidupan, namun ketika keadaan sosial menghambat biofilia, mereka mungkin mengadopsi orintesi nekrofilia.
Kepribadian nekrofilia membenci kemanusiaan. Mereka rasis, penghasut perang , dan preman. Mereka menyukai pertumpahan darah, kehancuran , teror, dan penyiksaan. Mereka mendapat  kesenangan dengan menghancurkan, teror , dan penyiksaan. Mereka mendapat kesenangan dengan menghancurkan kehidupan. Mereka adalah pendukung hukum dan keteraturan mereka suka membicarakan penyakit, kematian, dan penguburan, mereka terpesona oelh kotoran, pembusukan, mayat, dan feses. Mereka lebih memilih malam daripada siang dan suka mengerjakan sesuatu dalam kegelapan dan di bawah kegelapan.
Orang-orang dengan nekrofilia tidak semata-mata bertingkah laku destruktif, melainkan tingkah laku destruktif mereka adalah cerminan karakter dasar mereka. Semua orang bertingkah laku agresif dan destruktif sewaktu- waktu, namun keseluruhan gaya hidup orang-orang dengan nekrofilia adalah seputaran kematian, kehancuran, penyakit, dan pembusukan.
-NARISISME BERAT
Manusia yang sehat menunjukan bentuk narsisme yang baik, yaitu ketertarikan akan tubuh sendiri. Walaupun dalam bentuk buruknya, narsisme menghalangi persepsi akan kenyataan sehingga segla sesuatu yang dimiliki orang narsistis dinilai tinggi dan segala sesuatu miik orang lain tidak bernilai.
Fromm (1964) juga membahas hipokondriasis moral atau keterpakuan dengan rasa bersalah akan pelanggaran yang sebelumnya terjadi. Orang-orang yang terfiksasi akan diri mereka sendiri cenderung menginternalisasi pengalaman-pengalaman mereka dan merenungkan kesehatan fisik serta kebaikan moral mereka.
Hasil  dari narisisme berat adalah DEPRESI yaitu perasaan tidak berharga. Walaupun depresi, rasa bersalah yang kuat dan hipokondriasis dapat berupa apapun selain pemujaan diri.

-SIMBIOSIS INSES
Simbiosis inses adalah bentuk berlebihan dari fiksasi terhadap ibu yang lebih umum dan lebih baik. Pria dengan fiksasi terhadap ibu membutuhkan wanita yang peduli, memanjakan, dan mengagumi mereka. Mereka sedikit cemas apabila kebutuhan ini tidak terpenuhi. Keadaan ini secara umum normal dan tidak terlalu menggangu kehidupan sehari-hari.
Orang-orang yang hidup dalam hubungan simbiosis inses merasa sangat cemas dan takut apabila hubungan tersebut terancam. Mereka yakin mereka tak dapat hidup tanpa pengganti ibu.
Sebagian individu patologis memiliki tiga gangguan kepribadian, yaitu mereka tertarik pada kematian (nekrofilia), memiliki kesenangan dalam menghancurkan mereka yang inferior (narsisme berat), dan memiliki hubungan simbiosis neurotic dengan ibu mereka atau pengganti ibu (simbiosis inses).
2.13 PSIKOTERAPI
Fromm terlatih sebagai analis Freudian yang outodoks, namun ia menjadi bosan dengan teknik analisis yang standar. “seiring waktu, saya menyadari bahwa kebosanan saya berakar dari fakta bahwa saya tidak menyentuh kehidupan pasien pasien saya”. Ia lalu mengembangkan system terapinya sendiri yang ia sebut psikoanalisis humanistis. Ia percaya bahwa tujuan dari terapi adalah untuk pasien mengenali dirinya sendiri. Tanpa pengenalan akan diri sendiri, kita tidak bias mengetahui orang ataupun hal lain. Fromm percaya bahwa pasien melakukan terapi untuk mencari kepuasan akan kebutuhan dasar manusia merek-keterhubungan, kengunggulan, keberakaran, rasa jati diri, dan kerangka orientasi. Oleh karena itu, terapi harus membangun hubungan pribadi antara terapi dan pasien.
Fromm (1963) percaya bahwa terapis seharusnya tidak terlalu ilmiah dalam memahami pasien. Hanya dengan sikap keterhubungan maka seseorang dapat seutuhnya dimengerti. Terapis seharusnya tidak melihat pasien sebagai suatu penyakit atau benda, namun sebagai manusia dengan kebutuhan manusiawi yang sama, seperti yang semua orang miliki.
2.13 METODE INVESTIGASI FROMM
Fromm mengumpulkan data mengenai kepribadian manusia melalui banyak sumber psikoterapi, antarpologi budaya, dan sejarah kejiwaan. Dalam bagian ini, kita liat secara singkat kajian atarpologisnya tentang kehidupan sebuah desa di Meksiko dan analisa psikobiografisnya Adolf Hiltler.
2.14 KARAKTER SOSIAL SEBUAH DESA DI MEKSIKO
Dimulai pada akhir 1950-an dan berkembang sampai pertengahan 1960-an, Fromm dan sekelompak psikologis, psikoanalis, antropologis, dokter dan ahli mempelajari karakter social di Chiconcuac, sebuah desa di Meksiko sekitar 50 mil di selatan Meksiko city. Tim ini mewawancaraicsetai orang dewasa dan sebagian anak-anak di desa pertanian terpencil dengan 162 kepala keluarga dan 800 penduduk ini. Penduduk desa tersebut sebagian besar adalah petani yang hidup dari sepetak tanah kecil yang subuh. Sebagaimana Fromm dan Michael Maccoby (1970) menggambarkan mereka .
Mereka egois , curiga akan motif satu sama lain , pesimis terhadap masa depan, dan bersikap fatalis (pasrah kepada nasib). Sebagian juga tunduk dan protes terhadap diri sendiri (seff-deprecatory), walaupun mereka memiliki potensi untuk pemberontakan dan revolusi. Mereka merasa inferior terhadap orang-orang kota, lebih bodoh, dan lebih tidak berbudaya. Terdapat rasa ketidakberdayaan yang melimpah untuk memengaruhi, baik alam maupun mesin industry yang menaklukan mereka .
Setelah hidup di antara penduduk desa dan di terima oleh mereka, tim peneliti menggunakan berbagai macam teknik yang di rancang untuk menjawab pertanyaan tersebut dan pertanyaan-pertanyaan lain. Termasuk dalam alat penelitian adalah wawancara penelitian ekstensif, laporan mimpi, kuesioner terperinci, dan dua teknik proyektif-Tes noda tinta Rorchach (the Rorchach Inkblot Test) dan tes Apersepsi Tematik (the Tematic Appreciption Test).
Para peneliti menemukan buti-bukti lain beberapa tipe karakter lain, yang paling umum adalah karakter tipe reseptif nonproduktif. Orang-orang dengan orientasi ini cenderung untuk mengidolakan orang lain dan mengabdikan banyak energy untuk berusaha menyenangkan orang yang mereka anggap superior. Saat hari pemabyaran, para pekerja dengan tipe tersebut mereka akan menerima bayaran dengan cara hina, seolah mereka tak pantas mendapatkannnya.
Kepribadian eksploitatif nonproduktif di kenali sebagai karakter orientasi ketiga. Orang-orang seperti ini cenderung terlibat perkelahian dengan pisau atau pistol, sedangkan wanitanya cenderung menjadi penyebar gossip (Fromm&Maccoby,1970). Hanya 10% dari populasi yang eksploitatif dan banyak berpengaruh, sebuah presentase yang mengejutkan mengingat parahnya kemiskinan di desa tersebut.
2.15 STUDI PSIKOHISTORIS MENGENAI HITLER
Fromm menganggap Hitler sebagai contoh manusia dengan sindrom pembusukan yang paling jelas di dunia. Hitler memiliki kombinasi nekrofilia, narsisme berat, dan simbiosis inses. Hitler menunjukan ketiga gangguan patologis, ia sangat tertarik akan kematian dan kehancuran, terfokus secara sempit pada minat diri sendiri dan di gerakan oleh pengabdian bersifat inses pada “ras” Jerman serta berdedikasi secara fanatik untuk mencegah darah ras tersebut di kotori oleh Yahudi atau “non-Aria”lainnya.
Hitler tergolong murid di atas rata-rata pada saat bersekolah dasar, namun ia gagal di sekolah tinggi. Selama remaja, ia mengalami konflik dengan ayahnya, yang menginginkan dia lebih bertanggung jawab dan memiliki pekerjaan yang dapat diandalkan sebagai pagawai negeri. Hitler,disisi lain, memiliki keinginan yang tidak realistis untuk menjadi artis. Juga pada masa ini, dirinya semakin hilang dalam fantasi. Narsismenya menyalakan hasrat berapi-api akan kehebatan menjadi artis atau arsitek, namun kenyataan membawanya pada kegagalan demi kegagalan dalam bidang ini. “Tiap kegagalan menorehkan luka pada narsisme dan penghinaan lebih dalam dari sebelumnya (Fromm, 1973).Sebagaimana kegagalannya semakin bertambah, ia semakin tenggelam dalam dunia fantasinya, semakin mendendam pada orang lain, semakin termotivasi untuk balas dendam, dan semakin sifat nekrofilia dalam dirinya.
Kesadarabn Hitler yang mengerikan akan kegagalannya sebagai seniman semakin jelas dengan pecahnya Perang Dunia I. Ambisinya yang kuat sekarang dapat di salurkan dengan menjadi pahlawan perang yang berjuang untuk tanah airnya. Walaupun ia bukan pahlawan besar, ia adalah seorang prajurit yang bertanggung jawab, disiplin, dan berbakti. Akan tetapi, seusai perang ia mengalami kegagalan lagi. Bukan saja bangsa tercintanya kalah dalam perang, namun revolusi di Jerman “menyerang segala sesuatu yang berharga bagi nasionalisme reaksioner Hitler, dan mereka menang”, kemenangan revolusi menyebabkan sifat deskruktif Hitler mencapai puncak nya dan menjadi terbinasakan.
Fromm menyatakan bahwa orang-orang tidak melihat Hitler sebagai seseorang yang tidak manusiawi, menyimpulkan psikohistoris Hitler dengan kata-kata berikut ini “Analisis manapun yang merubah gambaran Hitler dengan menutupinya dengan kemanusiaan, hanya akan meningkatkan kecenderungan orang-orang yang terbutakan dari calon-calon Hitler yang baru, kecuali mereka memiliki tanduk.
2.16 PENELITIAN TERKAIT
Walaupun tulisan-tulisan Erich Fromm sangat menarik dan bermakna, gagasannya hanya menghasilkan sedikit penelitian empiris dalam bidang psikologi kepribadian. Salah satu alasannya mungkin karena pendekatan Fromm yang terlalu luas. Dalam banyak arti, gagasan Fromm lebih sisiologis dari pada psikologi. Akan tetapi Hal ini tidak berarti topik yang luas ini tidak penting bagi psikologi kepribadian. Bahkan sebaliknya, walaupun luas dan sosiologis, kerenggangan dari suatu kultur merupakan topik yang dapat di pelajari pada tingkat individu dalam studi psikologis yang dapat mengimplikasi kesejahteraan.
2.17 KERENGGANGAN KULTUR DAN KESEJAHTERAAN
Ingat bahwa tema utama dari teori kepribadian Fromm mencangkup kerenggangan dan keterasingan: manusia telah disingkirkan dari lingkungan alam dan mereka di rancang untuk menetap dan terpisah dari satu sama lain. Selain itu, menurut Fromm, kekayaan materi yang di ciptakan oleh kapitalisme memberikan kebebasan berlebihan yang begitu banyak sehingga terus terang kita tidak tahu apa yang harus kita lakukan terhadap diri kita sendiri.
Tujuh puluh dua partisipan melengkapi kuesioner yang terdiri dari beberapa nilai yang telah di identifikasi oleh penelitian sebelumnya bahwa nilai-nilai tersebut terdapat di banyak kultur yang berbeda (seperti pentingnya kebebasan, kekayaan, keimanan, dan sebagainya). Pertama para partisipan memberi peringkat tiap-tiap nilai, seberapa penting nilai tersebut sebagai prinsip yang membimbing mereka dalam hidup, lalu mereka memberi peringkat pada nilai yang sama akan seberapa penting nilai tersebut sebagai prinsip yang membimbing bagi masyarakat. Memberikan kuesioner seperti ini memungkinkan penelitiuntuk mengukur tingkat perbedaan nilai yang di pegang partisipan dengan nilai dalam masyarakat secara umum. Kedua, kerenggangan di ukur dengan cara meminta partisipan untuk melengkapi kuesioner dengan bagian dimana mereka harus menjawab seberapa dalam mereka merasakan perbedaan dengan masyarakat dan tingkat dimana mereka merasa tidak “normal” dalam kultur mereka.
Penemuan dari penelitian ini seperti yang di perkirakan. Semakin seseorang menyatakan bahwa nilai-nilai mereka berbeda dengan masyarakat secara umum,semakin ia cenderung merasakan kerenggangan (Benard, Gebauer, & Maio,2006). Hal ini tidak mengejutkan karena pada dasarnya, apabila nilai-nilai kita berbeda dengan nilai masyarakat atau kultur kita, maka kita akan merasa bahwa diri kita berbeda dan tidak normal. Hal ini juga persis seperti yang di perkirakan oleh teori Fromm. Semakin seseorang merasa jauh dengan orang-orang dilingkungannya, semakin ia cenderung merasa terasingkan.
Penemuan-penemuan ini jelas mendukung gagasan-gagasan Erich Fromm. Masyarakat Modern dimana kita hidup menyedihkan kita banyak sekali kenyamanan dan keuntungan. Akan tetapi, kenyamanan tersebut tidak dating begitu saja. Kebebasan dan Individualitas memang penting, namun ketika muncul paksaan-paksaan yang mendorong mereka merasa renggang dari masyarakat, hal ini bias berbahaya bagi kesejahteraan mereka.

2.18 BEBAN KEBEBASAN DAN BUJUKAN POLITIK
Satu area dimana gagasan-gagasan Fromm terus berpengaruh adalah perkembangan keyakinan politik (de Zavala & Van Bergh, 2007; Jost, Glaster, Kruglanski, & Sulloway, 2003; Oesterrich, 2005). Mekanisme pelarian sebagai tanggapan dari beban kebebasan terimplikasi dalam keyakinan politik, khususnya dalam authoritariansm dan konfomitas. Authoritariansm, contohnya, mencakup perolehan kekuatan dengan cara bersatu dengan seseorang atau system keyakinan yang lebih kuat dari pada individu yang mencari kekuatan (Fromm, 1941). Setia secara tulus pada suatu partai politik adalah satu cara untuk bersatu dengan system yang lebih kuat dari pada individu.
Bagi psikolog kepribadian, salah satu aspek menarik dari kekayaan politik adalah untuk mengukur bagaimana manusia mengembangkan bujukan politik yang mereka lakukan dan apakan kepribadian dapat memperkirakan jenis partai politik yang akan menarik bagi tiap individu (Fromm 1941).
Jack dan Jeanne Block (2006) melakukan penelitian longitudinal dimana mereka mengukur kepribadian sekelompok murid taman kanak-kanak. Hampir dua puluh tahun kemudian, mereka melanjutkan penelitian dengan partisipan-partisipan ini ( banyak di antara mereka yang sedang atau sudah lulus kuliah) kemudia menanyakan keyakinan politik mereka.
Dua puluh tahun setelah taman kanak-kanak, para peneliti meminta para dewasa tersebut untuk melengkapi kuesioner penilaian diri untuk mengukur keyakinan politik mereka. Anak-anak yang di gambarakan oleh guru-guru mereka dua puluh tahun yang lalu sebagai anak yang mudah tersinggung, sulit membuat keputusan, penakut, dan kaku cenderung untuk memilih politik konservatif di usia 20 an.
Penelitian ini tidak hanya menunjukan bagaimana manusia tumbuh untuk mengatasi “beban kebebasan” dengan cara berbeda, meminjam kata-kata Fromm, namun juga menunjukan betapa kuatnya kepribadian mampu memperkirakan , bahkan ketika kepribadian di ukur saat usia masih sangat muda.
2.19 KRITIK TERHADAP FROMM
Erich Fromm mungkin salah satu penulis esai paling cerdas dari semua teoretikus kepribadian.
Sebagaimana teoritikus teori psikodinamikalainnya, Fromm cenderung menggunakan pendekatan global untuk konstruksi teori, menegaskan bentuk abstrak yang tinggi dan megah yang lebih bersifat filosofis ketimbang ilmiah, pemahamannya akan sifat manusia di sambut gembira oleh banyak orang, terbukti dengan popularitas buku-bukunya.
Paul Roazen (1996) menyatakan bahwa, seseorang tidak di anggap terdidik bila ia tidak membaca tulisan Fromm, yaitu escape from freedom yang di tulis secara fasih.



BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Secara umum pandangan fromm mengenai seseoarang ditengah tengah masyarakat adalah sangat praktis, teorinya secara umum dapat  digolongkan dalamm psikologi sosial yang mengkontruksi teori kebutuhan fisik dan psikis manusia serta tujuan masyarakat secara mutual dapat terpuaskan.
Kepribadian yang sehat menurut Erich Fromm adalah pribadi yang produktif yaitu pribadi yang dapat menggunakan secara penuh potensi dirinya. Kepribadian yang sehat menurut Fromm ditandai beberapa hal antara lain pola hubungan yang sehat (konstruktif), bukan atas dasar ketergantungan ataupun kekuasaan dalam hubungan dengan orang lain, kelompok, dan Tuhan. Transendensi (kebutuhan untuk melebihi peran-peran pasif, melampaui perasaan tercipta menjadi pencipta yang aktif-kreatif). Perasaan berakar yang diperoleh melalui persaudaraan dengan sesama umat manusia, perasaan keterlibatan, cinta, perhatian, dan partisipasi dalam masyarakat. Perasaan identitas sebagai individu yang unik. Memiliki kerangka orientasi (frame of reference) yang mendasari interpretasinya yang objektif terhadap berbagai peristiwa.



DAFTAR PUSTAKA
·      Jess Feist, Gregory J.Feist.2010.Teori Kepribadian.Jakarta:Salemba Humanika

·      https://syauquljazil.wordpress.com/2012/12/27/erich-from-psikologi-kepribadian/

5 komentar:

INVENTORY CONTROL - Metode Period Order Quantity (POQ)

  PER T E M U A N 6 INVENTORY CONTROL (POQ)   A . T U J U A N P R A K T I KU M Pada pertemuan ini akan dibahas mengenai invento...