BAB
1
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Teori Psikoanalisis Humanistis
menurut Erich Fromm,ketika seorang anak memikirkan perang sedang terjadi
dikampung halamannya perang yang ia lihat secara langsung adalah perang dunia
satu,perang besar. Ia melihat orang-orang dari negaranya jerman membenci orang-orang
dari negara lawan terutama prancis dan inggris,dan ia yakin bahwa orang-orang
prancis dan inggris membenci orang-orang jerman,perang tersebut tidak masuk
akal. Bukanlah satu-satunya hal yang mengganggu pikiran sianak muda.Ia juga
sulit memahami kejadian bunuh diri seorang seniman cantik yang masih muda ia
membunuh dirinya segera setelah kematian ayahnya sebuah kejadian membuat
seorang anak laki-laki berusia 12 tahun merasa bingung dan galau.Sang perempuan
tersebut teman dari keluarga si anak cantik an berbakat,sedangkan ayahnya tua
dan tidak menarik. Namun demikian,ia meninggalkan pesan sebelum bunuh diri
menyatakan bahwa ia ingin dikuburkan bersama ayahnya sang anak tidak dapat
memahami keinginan ataupun tindakannya tersebut seniman cantik itu tampak
memiliki segalanya untuk hidup,tetapi ia memilih kematian dari pada kehidupan
tanpa ayahnya. Pengalaman ketiga yang membantu terbentuknya awal kehidupan sang
anak adalah bimbingan dari guru-guru talmud (kumpulan naskah hasil diskusi para
Rabi mengenai ajaran Yahudi). Hosea dan Amos yang dapat menyelamatkan manusia
dari iblis walaupun akhirnya ia menelantarkan agamanya,pengalaman dengan
ahli-ahli talmud ini bercamour dengan kebenciannya terhadap perang dan
kebingungannya akan seniman yang bunuh diri,menghasilkan pandangan humanistik
yang subtansial dari Erich Fromm.
B. Rumusan
Masalah
1)
Apa itu Psikologi Humanistik
Fromm?
2)
Siapa itu Erich Fromm?
3)
Apa saja karya-karya Erich
Fromm?
4)
Kebuuhan Manusia menurut
Fromm?
5)
Apa saja Mekanisme Pelarian?
6)
Apasaja Orientasi Karakter?
7)
Gangguan Kpribadian mnurut
Fromm?
C. Tujuan Makalah
Untuk
mengetahui apa, seperti apa, bagaimana, Psikologi Kepribadian Humanistik
Erich Fromm!
BAB
2
PEMBAHASAN
2.1 Gambaran Umum Teori Psikoanalisis
Humanistis
Tesis
dasar Erich Fromm menyatakan bahwa manusia pada masa modern ini telah terpisah
dari kesulitan prasejarah mereka dengan alam dan juga dengan satu sama lain,
namun mereka memiliki kekuatan akal , antisipasi, dan imajinasi.
Psikoanalisi
Humanistis bersumsi bahwa terpisahnya manusia dengan dunia alam menghasilkan
perasaan kesendirian dan isolasi, kondisi yang disebut sebagai kecemasan dasar (basic anxiety)
2.2
Biografi
Erich Fromm
Fromm lahir pada
tanggal 23 Maret 1900 di Frankfurt , Jerman. Ia merupakn anak tunggal dari
orang tua Yahudi Ortodoks kelas menengah. Ayahnya, Naphtali Fromm, adalah anak
seorang rabi dan cucu dari dua rabi. Ibunya, Rosa Krause Fromm, adalah
keponakan Ludwig Krause, seorang ahli Talmud yang terpandang . Semasa
kanak-kanak, Erich mempelajari Kesaksian lama dengan beberapa ahli terama,
orang – orang yang dianggap sebagai “humanis dengan toleransi luar biasa” Psikologi
Humansti Fromm dapat dilacak melalui ayat – ayat ini,”dengan pandangan mereka
akan perdamaian alam semesta dan harmoni serta ajaran mereka bahwa adanya aspek
– aspek etis dalam sejarah, bahwa bangsa – bangsa dapat berbat benar dan salah
dan bahwa sejarah memiliki hukum moralnya sendiri.
Masa Kecil Fromm
jauh dari kehidupan ideal. Ia ingat bahwa ia memiliki “orang tua neurotik” dan
bahwa ia “kemungkinan seorang anak neurotik ang agak diluar batas”. Ia melihat
ayahnya dalam keadaan gusar dan ibunya yang rentan depresi. Kemudian, ia tumbuh
di dua dunia yang sangat berbeda, saalah satunya adalah dunia Yahudi Ortodoks,
yang lainnya adalah dunia kapitais modern.
Fromm beralihb ke
psikoanalisis. Ia percaya bahwa psikoanalisis menjanjikan jawaban untuk
pertanyaan-pertanyaannya tentang motivasi manusia yang tak terjawab di
bidang-bidang lain. Dari tahun 1930, ia mempelajari psikoanalisis, pertama di
Munich lalu Frankfurt dan akhirnya di Berlin Psychoanalisis Institute , dimana
ia dianalisis oleh Hanns Sachs , seorang murid Freud . Walaupun Fromm tidak
pernah bertemu Freud, sebagai besar gurunya selama tahun-tahun tersebut adalah
pendukung setia teori freud.
Pada tahun 1926,
tahun yang sama dimana ia keluar dari Agama Yahudi Ortodoks , Fromm menikahi
Frieda Reichmann (analisisnya) yang berusia lebih tua sepuluh tahun darinya. Di
kemuian hari, Reichman memperoleh reputasi internasional untuk hasil kerjanya dengan
pasien-pasien skizofrenia. G.P.Knapp (1989) menyatakan bahwa Reichman jelas
seorang figur ibu bagi Fromm dan bahkan secara fisik pun mirip dengan ibunya.
Gail Hornstein (2000) menambahkan bahwa Fromm tampak langsung beralih dari
menjadi kesayangan ibunya ke hubungan-hubungan dengan beberapa wanita lebih tua
menyayanginya. Bagaimanpun, pernikahan Fromm dan istrinya bukan pernikahan yang
bahagia. Mereka berpisah pada tahun 1930, namun tidak langsung bercerai sampai
tidak lama kemudian, setelah keduanya berhijrah ke Amerika Serikat.
Pada tahun 1930,
Fromm dan beberapa orang lainnya ,mendirikan South German Institute for
Psychoalytic di Frankfurt. Akan tetapi , dengan ancaman Nazi yang semakin kuat,
ia segera pindah ke Swiss di mana ia bergabung dimana ia bergabung dengan International Institute Of Social Research di
Jenawa. Pada tahun 1933, ia menerima undangan untuk mengajar kuliah di Chicago Psychoanalytic Institute. Pada
tahun berikutnya, ia berhijrah ke Amerika Serikat dan membuka praktik pribadi
di kota New York.
Di Chicago dan New York , Formm berteman dengan Karen
Horney, yang ia kenal di Berlin Psyhoanalytic Institute . Horney yang berusia
lima belas tahun lebih tua dari Formm, akhirnya menjadi figur ibu yang kuat
guru baginya. Pada tahun 1941 Fromm bergabung dengan Asosiasi untuk
Perkembangan Psikoanalisis (Association for Advancement pf Psychoanalisis-AAP).
Walaupun ia Horney pernah menjadi pasangan kekasih, mereka menjadi lawan ketika
terjadi perpecahan daam asosiasi pada tahun 1943. Ketika para mahasiswa meminta
Fromm, yang tidak bergelar D, untuk mengajar mata kuliah klinis, organisasi
terpecah ketika memutuskan kualifikasinya.
Pada tahun 1944,
Fromm menikahi Henny Gurland, seorang wanita yang dua tahun lebih muda darinya
dan memiliki minat terhadap agama dan pikiran mistis yang kemudian mendorong
hasrat Fromm akan Budhisme Zen lebih jauh. Pada tahun 1951, pasangan ini pindah
ke Messiko, untuk iklim yang lebih bersahabat, demi Gurland yang menderita radang
sendi (rheumatoid arthritis). Fromm kemudian bekerja di National Autonomous
University, Mexico City dimana ia mendirikan departemen psikoanalisis di
sekolah kedokteran. Setelah istrinya meninggal pada tahun 1952, ia terus
tinggal di Meksiko dan pulang pergi antaararumahnya di Cuernavaca dan Ameika
Serikat, dimana ia memegang baerbagai posisi akademis, termasuk Profesor
psikologi di Michigan State University dari tahun 1957 sampai 1961 dan profesor
pembantu di New York University dari tahun 1962 sampai 1970 . Di Meksiko, ia
bertemu dengan Annis Freeman yang ia nikahi pada tahun 1953. Pada tahun 1968 ,
Fromm menderita serangan jantung akut dan terpaksa mengurangi kesibukannya. Di
tahun 1974, dalam keadaan masih sakit, ia dan istrinya pindah ke Muralto, Swiss
dimana ia meninggal dunia pada tanggal 18 Maret 1980, beberapa hari setelah
ulang tahunnya yang ke-80.
Form memulai
karier profersionalya sebagai psikoterapis menggunakan teknik psikoanalisis
ortodoks. Sepuluh tahun setelah ia “bosan” dengan pendekatan Freud ,ia
mengembangkan metodenya sendiri yag lebih aktif dan konfrontasional.Selama
bertahun-tahun , gagasan-gagasannya mengenai budaya, sosial, ekonomi,
psikologis telah menjadi perhatian banyak orang.
Buku-Buku
terbaiknya diantaranya :
1. Escape
from Freedom (1941)
2. Man
for Himself (1947)
3. Psyhoanalysis
and Religion (1950)
4.
The Sane Society (1955)
5. The
art of Loving (1956)
6.
Marx’s Concept of Man (1961)
7. The
Heart of Man (1964)
8. The
Anatomy of Human Destructiveness (1973)
9. To
Have or Be (1976)
10.
For the Love pof Life (1986)
2.3 Asumsi Dasar Fromm
Asumsi Dasar Fromm
adalah bahwa kepribadian individu dapat dimengerti hanya dengan memahami
sejarah manusia. “Diskusi mengenai kadaan manusia harus mendahulkan fakta bahwa
kepribadian dan psikologi harus didaasari oleh konsep antropologis-filosofis
akan keberadaan manusia”.
Fromm (1947) percaya bahwa manusia tidak seperti bintang
lainnya, telah “tercerai berai”) dari kesatuan prasejarahnya dengan alam. Mereka
tidak memiliki insting kuat untuk bradaptasi dengan dunia yang berubah,
melainkan mereka telah memperoleh kemampuan bernalar-keadaan yang disebut Fromm
sebagai dilema manusia. Kemampuan bernalar adalah anugerah dan juga kutukan. Di
satu sisi, kemampuan ini membiarkan manusia bertahan, namun disis lain, halini
memaksa manusia berusaha untuk menyelesaikan dikotomi dasar yang tidak ada
jalan keluarnya. Fromm menyebut hal tersebut sebagai “dikotomi eksistensial” (existensial dichotomies), karena hal
ini berakar dari keberadaan atau eksistensi manusia. Mereka hanya bisa bereaksi
terhadap dikotomi ini tergantung pada kultur dan kepribadian masing-masing
individu.
Dikotomi pertama dan paling
fundamental adalah antara hidup dan mati. Realisasi diri dan nalar mengatakan
bahwa kia kan mati. Namun kita berusaha mengingkari hal ini dengan menganggap
adanya kehidupan setelah kematian, usaha yang tiadak merubah fakta bahwa hidup
kita akan diakhiri dengan kematian.
Dikotomi
eksistensial kedua adalah bahwa manusia mampu membentuk konsep tujuan dari
realisasi diri utuh, namun kita juga menyadari bahwa hidup terlalu singkat
untuk mencapai tujuan itu.
Dikotomi eksistensial ketiga
adalah bahwa manusia padaahirnya hanya sendiri, namun kita tetap tidak bisa
menerima pengucilan atau isolasi.
2.4
Kebutuhan
Manusia
Sebagai hewan, manusia terdorong oleh
kebutuhan – kebutuhan fisiologis, seperti rasa lapar, seks, dan keamanan.
Fromm
(1955) menyatakan bahwa satu perbedaan itu penting antara manusia yang sehat
secara mental dan manusia neurotik atau tidak waras adalah bahwa manusia yang
sehat secara mental menemukan jawaban atas keberadaan mereka ,jawaban yang lebih
sesuai dengan jumlah kebutuhan manusia. Dengan kata lain, individu yang sehat
lebih mampu menemukan cara untuk bersatu kembali dengan dunia, dengan secara
produktif memenuhi kebutuhan manusiawi akan keterhubungan, keunggulan,
keberakaran, kepekaan akan identitas,dan kerangka orientasi.
2.5
Keberakaran
Kebutuhan
eksistensial ketiga adalah
Keberakaran (rootedness) atau kebutuhan untuk berakar atau merasa berpulang
kembali di dunia. Ketika mnusia berevolusi sebagai spesies terpisah, mereka
kehilangan rumah mereka di dunia alam.
Keberakaran juga
dapat dicari melaluicara produktif dan nonproduktif. Dengan cara produktif,
ketika manusia berhenti disapih oleh ibu mereka dan lahir secara utuh , mereka
secara aktif dan kreatif berhubungan dengan dunia dan menjadi utuh atau
terintegrasi. Manusia dapat mencari keberakaran melalu cara nonprduktif yaitu
fiksasi keengganan yang kuat untuk bergerak melampaui keamanan dan perlindungan
yang diberikn oleh serang ibu.
Keberakaran juga dapat dilihat secara filogenetis dalam
evolusi spesies manusia. Fromm setuju dengan Freud bahwa keinginan untuk
melakukan hubungan sedarah adalah universal, namun ia tidak setuju dengan
keyakinan Freud bahwa hubungan yang diinginkan tersebut secara esensial adalah
hubungan seksual.
Fromm memilih
(1977) teori Bachofen yang berpusat ada ibu dan berkaitan dengan situasi
Oedipal (Menyukai wanita yang lebih tua) dibandingkan Freud yang lebih berpusat
pada ayah. Menurut Fromm, Oedipus Complex
adalah keinginan untukkembali ke rahimibu atau seseorang dengan fungsi
keibuan yang harus dilihat dalam ketertarikannya pada wanita lebih tua.
2.6
Kepekaan
akan Identitas
Kebutuhan manusia yang keempat adalah kepekaan akan identitas (sense of identty) atau kemampuan untuk
menyadari diri sendiri sebagai wujud terpisah. Oleh karena kita telah tepisah oleh
alam., maka kita harus membentuk konsep akan diri kita sendiri dan untuk mampu
berkata “saya adalah saya” atau “saya adalah subjek dari tindakan saya”. Fromm
(1981) percaya bahwa manusia primitif mengdentifikasi diri mereka lebih dekat
dengan klain mereka dan tidak melihat dirinya sebagai individu yang terpisah
dari kelompok.
2.7
Kerangka
Orientasi
Kebutuhn terakhir manusia adalah Kerangka
Orientasi (Frame of orientation). Oleh karena terpisah dari dunia alam, akan
manusia membutuhkan peta jalan, kerangka arah atau orientasi, untuk mencari
jalannya dalam dunia. Tanpa peta tersebut, manusia akan “kebingungan dan tidak
mampu melakukan tindakan dengan tujuan dan konsisten”. Kerangka orientas
membuat manusia bisa mengatur berbagai macam rangsang yang mengganggu mereka.
2.8
Rangkuman
Kebtuhan Manusia
Rangkuman Kebutuhan Manusia menurut Fromm
Komponen Negatif
|
Komponen Posiif
|
|
Keterhubungan
|
Kepasrahan
atau dominasi
|
Cinta
|
Keunggulan
|
Hal-hal
destruktif
|
Hal-hal
kreatif
|
Keberakaran
|
Fiksasi
|
Keutuhan
|
Kepekaan
akan identitas
|
Penyesuaan
dengan kelomok
|
Individualits
|
Kerangka
orientasi
|
Tujuan
irasional
|
Tujuan
rasional
|
2.9
Beban
Kebebasan
Tesis utama dari tulisan-tulisan Fromm
adalah bahwa manusia telah terpisah dari alam , namun tetap menjadi bagian dari
alam semesta, subjek bagi batasan-batasan fisik sebagai hewan lain.
Akal Pikiran adalah kutukan dan juga
anugerah. Akal pikiran bertanggung jawab
atas timbunya perasaan keterasingan dan kesendirian, namun juga merupakan
proses yang membiarkan manusia bersatu kembali dengan dunia.
Pengalaman yang sama (paraler)
terjadi di tingkat pribadi. Sejalan dengan anak menjadi lebih mandiri dan tidak
membutuhkan ibunya, mereka mendapat kebebasan
lebih untuk mengungkapkan individualitas mereka, bergerak tanpa diawasi,
memilih teman, pakaian, dan seterusnya. Di saat yang bersamaan, mereka
merasakan beban dari kebebasan, yaitu mereka bebas dari rasa aman saat berada dekat dengan ibunya. Di tingkat
sosial dan individu, beban ini menciptakan kecemasan
dasar (basic anxiety), yaitu
perasaan bahwa kita sendirian di dunia.
2.10 Mekanisme Pelarian
Oleh karena kecemasan dasar menghasilkan
rasa keterasingan dan kesendirian yang menakutkan, maka manusia berusaha untuk
lari dari kebebasan melalui berbagai macam mekanisme pelarian.
Dalam Kabur dari Kebebasan (Escape
–authoritarianism, merusak dan konformitas. Berbeda dengan kecenderungan
neurotik Horney. Mekanisme pelarian Fromm adalah kekuatan yang mendorong
manusia, baik secara individu maupun kolektif.
Authoritarianism
Fromm (1941) mendefinisikan Authoritarianism
sebagai “Kecenderungan untuk menyerahkan kemandirian seseorang secara individu
dan meleburkannya dengan seseorang atau sesuatu di luar dirinya demi mendapatka
kekuatan yang tidak dimilikinya”. Kebutuhan untuk bersatu dengan mitra yang
kuat ini dapat berupa dua hal masokisme atau sadisme . Masokisme timbul dari
rasa ketidakberdayaan , lemah , serta lebih kuat. Usaha masokis sering berkedok
sebagai cinta atau kesetian, namun berbeda dengan cinta dan kesetian, usaha
tersebut tidak akan berkonstrubusi secara positif pada kemandirian dan
otentisitas.
Dibandingkan dengan masokisme, sadisme lebih neurotik
dan lebih berbahaya secara sosial. Sepererti masokisme, sadisme bertujuan
mengurangi kecemasan tiga jenis kecenderungan sadisme yang semuaya lebih kurang
tergolong sama. Pertama adalah
kebutuhan untuk membuat orang lain bergantung pada dirinya dasar dengan
mencapai kasatuan dengan satu orang atau lebih.
Fromm memperkenalkan dan berkuasa akan mereka yang lemah. Kedua adalah keinginan untuk mengeksploitasi
orang lain, memanfaatkan mereka, dan menggunakan mereka untuk keuntungan dan
kesenangan dirinya sendiri. Kecenderungan
sadistik ketiga adalah keinginan untuk melihat orang lain menderita, baik
secara fisik maupun psikologis.
Sifat Merusak
Seperti
Authoriatarianism, sifat merusak (destructiveness) berasal dari perasaan
kesendirian, keterasingan, dan ketidakberdayaan. Namun berbeda dengan sadisme
dan mesokisme, sifat merusak tidak bergantung pada hubungan berkesinambangan
dengan orang lain, melainkan mencari jalan untuk menghilangkan orang lain.
Konformitas
Cara ketiga untuk melarikan diri adalah Konformitas
(conformity). Orang yang melakukan konformitas berusaha melarikan diri dari
rasa kesendirian dan keterasingan dengan menyerahkan individualitas mereka dan
menjadi apapun yang orang lain inginkan. Dengan demikian, mereka jadi seperti
robot, memberikan reaksi yang dapat diperkirakan secara otomatis seseuai dengan
olah orang lain. Mereka jarang mengungkapkan pendapat mereka sendiri, berpegangan
erat pada patokan perilaku, dan sering tanpak kaku dan terprogram.
Manusia didunia modern, bebas dari ikatan eksternal
dan bebas untuk bertindak menurut kehendak mereka, namun di saat yang
bersamaan, mereka tidak tahu apa yang mereka inginkan, pikirkan atau rasakan.
Mereka menyesuaikan diri, seperti robot, terhadap kekuasaan anonim dan
mengadopsi diri yang tidak otentik. Semakin mereka melakukan konformitas,
semakin mereka merasa tak berdaya. Semakin mereka merasa tak berdaya, semakin
mereka harus melakukan konformitas. Manusia dapat lepas dari siklus konformitas
dan ketidakberdayaan ini hanya dengan mencapai realisasi diri dan kebebasan
positif.
Kebebasan
Positif
Munculnya kebebasan politik dan ekonomi mau tidak mau
mendorong kita ke arah perbudakan akan keterasingan dan ketidakberdayaan.
Seeseorang “dapat bebas dan tidak dipenuhi keraguan, mandiri namun tetap
menjadi bagian dari kesatuan umat manusia”. Manusia dapat mencapai kebebasan
semacam itu, kebebasan yang disebut sebagai Kebebasan Positif dengan pengungkapan penuh dan spontan dari
potensi rasional maupun emosionalnya. Aktivitas spontan sering kali terlihat
pada anak-anak dan seniman yang memiliki edikit kecenderungan atau tidak sama
sekali untuk menyesuaikan diri dengan apapun yang orang lain ingin jadikan dari
mereka. Mereka bertindak menerut sifat dasar dan tidak menurut aturan-aturan
konvensional.
Dengan kebebasan positif dan aktifitas spontan,
manusia dapat mengatasi ketakutan akan kesendirian, mencapai kesatuan denagan
dunia, dan mempertahankan individualitas. Fromm menyatakan bahwa cinta dan
kerja adalah dua komponen kembar dari kebebasan positif . Melalui cinta dan
kerja yang aktif , manusia bersatu dunia dan dengan yang lainnya tanpa
mengorbankann integritas mereka. Mereka menegaskan keunikan mereka sebagai
individu dan mencapai keasadaran penuh akan potensial mereka.
2.11 Orientasi Karakter
Dlam teori Fromm, kepribadian tercemin
pada orientasi karakter seseorang, yaitu cara reltif manusia yang permanen
untuk berhubungan dengan orang atau hal lain. Fromm (1947) mendefinisikan
kepibadian sebagai “keseluruhan kualitas psikis yang diwarisi dan diperoleh yang
merupakan karakteristik individu dan menjadiannya individu yang unik”. Kualitas
yang diperoleh dan yang paling penting bagi kepribadian adalah karakter , yang
didefinisikan sebagai “sistem yang relatif permanen dari semua dorongan
moninstingtif dimana melaluinya manusia menghubungkan dirinya dengan dunia manusia
dan alam”.
Manusia menghubungkan diri dengan
dunia melalui dua cara dengan memperoleh dan menggunkan suatuhal (asimilasi)
dan dengan meghubungkan dirinya dengan yang lain (sosialisasi). Secara umum ,
manusia dapat menghubungkan diriny dengan hal atau orang lain dengan cara
nonproduktif maupun produktif.
2.11.1 Orientasi Nonproduktif
Manusia dapat memperoleh sesuatu
melalui keempat orientasi nonproduktif in yaitu (1) menerima segala sesuatu
secara pasif, (2) eksploitasi atau mengambil sesuatu dengan paksa,(3)
menimbunobjek, dan (4) memasarkan atau menukar sesuatu . Fromm menggunakan
istilah “nonproduktif” untuk menerangkan cara-cara yang gagal untuk menggerakan
manusia lebih dekat pada
kebebasan
positif dan realisasi diri. Orientasi nonproduktif, bagaimanapun, tidak
sepenuhnya negatif, masing-masing memiliki aspek negatif dan positif.
Kepribadian selalu merupakan paduan atau kombinsi dari beberapa orientasi,
walaupun salah satunya dominan.
Ada beberapa karakter yang dimiliki oleh manusia.
a.
Reseptif (receptive),
Karakter
reseptif merasa bahwa sumber bagi semua kebaikan terletak di luar diri mereka
bahwa satu-satunya cara mereka berhubungan dengan dunia adalah menerima semua
hal termasuk cinta, pengetahuan dan kepemilikan material. Mereka lebih
memusatkan perhatian kepada menerima dari pada memberi. Kualitas negatif
pribadi reseptif mencakup kepasifan, kepatuhan, dan kurang percaya diri. Sifat
positif mereka sebaliknya adalah kesetiaan, penerimaan, dan rasa percaya kepada
orang lain.
b. Eksploitatif (explotative)
Karakter eksploitatif percaya bahwa
sumber-sumber semua kebaikan berada di luar dirinya. Namun, tidak seperti
pribadi reseptif, mereka secara agresif mengambil apa yang mereka inginkan dari
pada menunggu dari pada menerimanya dengan pasif. Dalam hubungan sosial, mereka
tampak menggunakan paksaan atau kekuatan untuk mengambil pasangan, ide-ide atau
property seseorang. Manusia yang ekploitatif bisa saja “jatuh cinta” dengan
seorang perempuan yang sudah menikah, bukan karena dia benar-benar menyukai perempuan
itu, melainkan karena dia ingin mengeksploitasi istrinya. Wilayah ide, manusia
yang eksploitatif lebih suku mencuri atau mem-plagiat dari pada
menemukan ide-ide baru. Tidak seperti karakter reseptif, mereka bersedia
mengungkapkan pendapatnya sendiri namun, biasanya itu adalah opini yang sudah
dicuri dari orang lain. Mengenal sisi negatifnya, karakter eksploitatif
cenderung egosentrik, penuh tipu daya, arogan, dan penuh bujuk rayu. Sedangkan
sisi positifnya, mereka bersifat impulsif, bangga, dan penuh percaya diri.
c.
Penimbun (Hoarding)
Karakter
penimbun lebih berusaha menyelamatkan apa yang diperolehnya. Mereka memegang
segala sesuatu tetap dalam dirinya dan tidak membiarkan satu hal pun
lepas.Mereka menyimpan uang uang, perasaan, dan pikiran untuk mereka sendiri.
DAlam hubungan cinta mereka berusaha memiliki cinta seseorang dan menjaga
hubungan itu daripada membiarkannya berusaha dan tumbuh. Mereka mirip dengan
karakter anal Freud dalam hal keteraturan yang berlebih-lebihan, keras kepala
dan pelit. Namun begitu, Fromm(1964) percaya bahwa karakter penimbun watak anal
ini bukan hasil dari dorongan-dorongan seksual melainkan bagian dari
ketertarikan umum mereka kepada segala sesuatu yang tidak hidup, termasuk
feses.
Sifat
negatif dari kepribadian diantara mencakup rigiditas, sterilitas,
kekeraskepalaan, kompulsif, dan tidak kreatif; sebaliknya, karakter positifnya
mencakup suka kerapihan, suka kebersihan, dan hemat.
d. Marketing (marketing)
Karakter marketing tumbuh dari
perdagangan modern di mana perdangangan bukan lagi milik personal melainkan
dilakukan koperasi-koperasi raksasa tak berwajah. Konsisten dengan
tuntutan-tuntutan perdagangan modern karakter marketing melihat diri mereka
sebagai diri mereka sebagai komoditas di mana nilai pribadi mereka bergantung
kepada nilai tukar mereka, yaitu kemampuan untuk menjual diri mereka sendiri.
Kepribadian marketing atau pertukaran
harus melihat diri mereka selalu berada dalam permintaan yang konstan; mereka
harus membuat orang lain percaya bahwa mereka harus memiliki kecakapan khusus
dan pandai menjual. Rasa aman pribadi terletak diatas landasan yang labil
karena mereka harus menyesuaikan kepribadian mereka dengan apa yang sedang
diminati. Mereka memainkan banyak peran dan dituntun oleh motto. “Aku adalah
apa yang kamu inginkan. “(Fromm, 1947, dalam Feist).
Manusia marketing tidak memiliki masa lalu
atau masa depan, dan tidak memiliki prinsip atau nilai permanen. Mereka
memiliki sedikit saja sifat positif dibandingkan orientasi yang lain. Karena
pada dasarnya mereka adalah bejana kosong yang harus diisi dengan apapun
karateristik yang paling laris dijual. Ciri negatif karakter marketing tidak
memiliki tujuan, oportunis, dan tidak konsisten dan menyia-nyiakan diri
sendiri. Namun cirri positifnya mencakup kesediaan mau berubah, berpikiran
terbuka, adaptif dan murah hati.
2.11.2 Orientasi Produktif
Orientasi yang produktif memiliki tiga
dimensi yakni, kerja, cinta, dan penalaran. Karena manusia produktif bekerja
menuju kebebasan positif yang realisasi terus menerus potensi mereka, maka
mereka adalah orang-orang yang paling sehat dari semua tipe karakter. Hanya
melalui aktivitas yang produktif barulah manusia dapat menjawab dilemma dasar
manusia;yaitu menyatu dengan dunia dan orang lain. Sembari mempertahankan
keunikan dan individualitasnya. Solusi ini dapat dicapai hanya melalui kerja,
cinta, dan pemikiran yang produktif.
Manusia yang
sehat menilai kerja bukan sebagai akhir, melainkan sebagai cara
pengekspresian diri secara kreatif. Mereka tidak bekerja untuk mengeksploitasi
orang lain atau mengakumulasi kepemilikian material yang tidak dibutuhkan. Mereka
tidak malas atau aktif, namun kompulsif, melainkan menggunakan kerja sebagai
cara memproduksi hal-hal yang dibutuhkan untuk hidup. Cinta yang produktif dicirikan oleh empat
kualitas cinta seperti perhatian, tanggung jawab, penghargaan, dan pengenalan.
Sebagai tambahan empat karateristik ini, manusia yang sehat memiliki biofilia;
yaitu cinta yang menggebu-gebu terhadap kehidupan dan semua yang hidup. Pribadi
biofilia berhasrat mengembangkan semua kehidupan sampai sejauh mungkin – hidup
manusia, hewan, tumbuhan, ide,dan budaya. Mereka focus pada pertumbuhan dan
perkembangan diri mereka seperti terhadap orang lain. Individu-individu ingin
mempengaruhi manusia lewat cinta, rasio, dan keteladanan – bukan dengan
kekuatan pemaksaan. Fromm yakin bahwa cinta kepada orang lain dan cinta kepada
diri sendiri tidak dapat dipisahkan namun bahwa cinta pada diri harus datang
lebih dulu. Semua orang memiliki kemampuan untuk melakukan cinta yang produktif
namun, sebagian besar tidak dapat mencapainya lkarena pertam-pertama mereka
tidak dapat mencintai diri mereka sendiri apa adanya.
Pemikiran
yang produktif, merupakan pemikiran yang tidak dapat dipisahkan dari kerja dan
cinta yang produktif, dimotivasi oleh minat besar terhadap orang atau objek
lain. Manusia yang sehat melihat orang lain sebagaimana adanya dan bukan
seperti yang mereka inginkan terhadap orang-orang itu.Dengan cara yang sama
mereka mengenal diri mereka sendiri apa adanya dan tidak perlu menipu diri
sendiri.
Fromm
(1947)yakin bahwa manusia yang sehat bersandar kepada sejumlah kombinasi dari
kelima orientasi karakter ini. Perjuangan bertahan hidup sebagai individu yang
sehat bergantung pada kemampuan mereka menerima hal-hal dari orang lain secara
terbuka, mengambil hal-hal dengan tepat, menjaga hal-hal dengan baik, menukar
hal-hal dengan benar, dan bekerja, mencintai, dan berpikir.
2.11.3 Orientasi
Penimbunan
Penimbunan orang mengharapkan untuk tetap.
Mereka melihat dunia sebagai harta milik dan sesuatu yang potensial. Bahkan
orang-orang yang dicintai adalah hal-hal untuk dapat memiliki, menyimpan, atau
membeli. Fromm, menggambarkan pada Karl Marx, berkaitan dengan tipe borjuis
seperti ini, kelas pedagang menengah, serta petani kaya dan orang-orang
pengrajin. Dia asosiasikan hal itu terutama yang
berhubungan dengan etos kerja Protestan, dan kelompok-kelompok seperti Puritan
kita sendiri. Penimbunan dikaitkan dengan bentuk keluarga yang dingin,
menarik dan merusak. Saya mungkin menambahkan
bahwa ada hubungan yang jelas dengan perfeksionisme. Freud menyebutnya
jenis dubur kokoh, Adler (sampai batas tertentu) jenis menghindari, dan Horney
(sedikit lebih jelas) jenis menarik. Dalam
bentuk murni, itu berarti Anda adalah seorang yang keras kepala, pelit, dan
imajinatif. Jika Anda adalah versi yang lebih ringan dari penimbunan,
Anda mungkin seorang yang teguh, ekonomis, dan praktis.
2.12
GANGGUAN KEPRIBADIAN
Jika
manusia yang sehat mampu bekerja,
mencintai, dan berpikir secara produktif, maka kepribadian tidak sehat ditandai
dengan masalah dalam tiga area, khususnya kegagalan untuk mencintai secara
produktif. Fromm (1981) menyatakan bahwa orang-orang yang terganggu secara
psikologis tidak mampu mencitai dan gagal mencapai kesatuan dengan yang lainya.
Ia membahas tiga gangguan kepribadian yang berat : NEKROFILIA, NARSISME BERAT dan
SIMBIOSIS
INSES.
-NEKROFILIA
Istilah
“nekrofilia” (necrophilia) berarti cinta akan kematian dan biasanya mengacu
pada kelainan seksual di mana seseorang menginginkan kontak seksual dengan
mayat. Akan tetapi, Fromm (1964,1973) menggunakan
istilah nekrofilia dalam arti yang
lebih umum untuk menunjukan ketertarikan akan kematian. Nekrofilia adalah
orientasi karakter alternatif bagi biofilia.
secara alami, manusia mencintai kehidupan, namun ketika keadaan sosial
menghambat biofilia, mereka mungkin mengadopsi orintesi nekrofilia.
Kepribadian
nekrofilia membenci kemanusiaan. Mereka rasis, penghasut perang , dan preman.
Mereka menyukai pertumpahan darah, kehancuran , teror, dan penyiksaan. Mereka
mendapat kesenangan dengan
menghancurkan, teror , dan penyiksaan. Mereka mendapat kesenangan dengan
menghancurkan kehidupan. Mereka adalah pendukung hukum dan keteraturan mereka
suka membicarakan penyakit, kematian, dan penguburan, mereka terpesona oelh
kotoran, pembusukan, mayat, dan feses. Mereka lebih memilih malam daripada
siang dan suka mengerjakan sesuatu dalam kegelapan dan di bawah kegelapan.
Orang-orang
dengan nekrofilia tidak semata-mata bertingkah laku destruktif, melainkan
tingkah laku destruktif mereka adalah cerminan karakter dasar mereka. Semua orang bertingkah laku agresif dan
destruktif sewaktu- waktu, namun keseluruhan gaya hidup orang-orang dengan
nekrofilia adalah seputaran kematian, kehancuran, penyakit, dan pembusukan.
-NARISISME BERAT
Manusia
yang sehat menunjukan bentuk narsisme
yang baik, yaitu ketertarikan akan tubuh sendiri. Walaupun dalam bentuk
buruknya, narsisme menghalangi persepsi akan kenyataan sehingga segla sesuatu
yang dimiliki orang narsistis dinilai tinggi dan segala sesuatu miik orang lain
tidak bernilai.
Fromm (1964)
juga membahas hipokondriasis moral atau keterpakuan dengan rasa bersalah akan
pelanggaran yang sebelumnya terjadi. Orang-orang yang terfiksasi akan diri
mereka sendiri cenderung menginternalisasi pengalaman-pengalaman mereka dan
merenungkan kesehatan fisik serta kebaikan moral mereka.
Hasil dari narisisme berat adalah DEPRESI yaitu
perasaan tidak berharga. Walaupun depresi, rasa bersalah yang kuat dan
hipokondriasis dapat berupa apapun selain pemujaan diri.
-SIMBIOSIS INSES
Simbiosis
inses adalah bentuk berlebihan dari fiksasi terhadap ibu yang lebih umum dan
lebih baik. Pria dengan fiksasi terhadap ibu membutuhkan wanita yang peduli,
memanjakan, dan mengagumi mereka. Mereka sedikit cemas apabila kebutuhan ini
tidak terpenuhi. Keadaan ini secara umum normal dan tidak terlalu menggangu
kehidupan sehari-hari.
Orang-orang
yang hidup dalam hubungan simbiosis inses merasa sangat cemas dan takut apabila
hubungan tersebut terancam. Mereka yakin mereka tak dapat hidup tanpa pengganti
ibu.
Sebagian
individu patologis memiliki tiga gangguan kepribadian, yaitu mereka tertarik
pada kematian (nekrofilia), memiliki kesenangan dalam menghancurkan mereka yang
inferior (narsisme berat), dan memiliki hubungan simbiosis neurotic dengan ibu
mereka atau pengganti ibu (simbiosis inses).
2.13 PSIKOTERAPI
Fromm
terlatih sebagai analis Freudian yang outodoks, namun ia menjadi bosan dengan
teknik analisis yang standar. “seiring waktu, saya menyadari bahwa kebosanan
saya berakar dari fakta bahwa saya tidak menyentuh kehidupan pasien pasien
saya”. Ia lalu mengembangkan system terapinya sendiri yang ia sebut
psikoanalisis humanistis. Ia percaya bahwa tujuan dari terapi adalah untuk
pasien mengenali dirinya sendiri. Tanpa pengenalan akan diri sendiri, kita
tidak bias mengetahui orang ataupun hal lain. Fromm percaya bahwa pasien
melakukan terapi untuk mencari kepuasan akan kebutuhan dasar manusia
merek-keterhubungan, kengunggulan, keberakaran, rasa jati diri, dan kerangka
orientasi. Oleh karena itu, terapi harus membangun hubungan pribadi antara
terapi dan pasien.
Fromm
(1963) percaya bahwa terapis seharusnya tidak terlalu ilmiah dalam memahami
pasien. Hanya dengan sikap keterhubungan maka seseorang dapat seutuhnya
dimengerti. Terapis seharusnya tidak melihat pasien sebagai suatu penyakit atau
benda, namun sebagai manusia dengan kebutuhan manusiawi yang sama, seperti yang
semua orang miliki.
2.13 METODE INVESTIGASI FROMM
Fromm
mengumpulkan data mengenai kepribadian manusia melalui banyak sumber
psikoterapi, antarpologi budaya, dan sejarah kejiwaan. Dalam bagian ini, kita
liat secara singkat kajian atarpologisnya tentang kehidupan sebuah desa di
Meksiko dan analisa psikobiografisnya Adolf Hiltler.
2.14 KARAKTER SOSIAL SEBUAH DESA DI
MEKSIKO
Dimulai
pada akhir 1950-an dan berkembang sampai pertengahan 1960-an, Fromm dan
sekelompak psikologis, psikoanalis, antropologis, dokter dan ahli mempelajari
karakter social di Chiconcuac, sebuah desa di Meksiko sekitar 50 mil di selatan
Meksiko city. Tim ini mewawancaraicsetai orang dewasa dan sebagian anak-anak di
desa pertanian terpencil dengan 162 kepala keluarga dan 800 penduduk ini.
Penduduk desa tersebut sebagian besar adalah petani yang hidup dari sepetak
tanah kecil yang subuh. Sebagaimana Fromm dan Michael Maccoby (1970)
menggambarkan mereka .
Mereka
egois , curiga akan motif satu sama lain , pesimis terhadap masa depan, dan
bersikap fatalis (pasrah kepada nasib). Sebagian juga tunduk dan protes
terhadap diri sendiri (seff-deprecatory), walaupun mereka memiliki potensi
untuk pemberontakan dan revolusi. Mereka merasa inferior terhadap orang-orang
kota, lebih bodoh, dan lebih tidak berbudaya. Terdapat rasa ketidakberdayaan
yang melimpah untuk memengaruhi, baik alam maupun mesin industry yang
menaklukan mereka .
Setelah
hidup di antara penduduk desa dan di terima oleh mereka, tim peneliti
menggunakan berbagai macam teknik yang di rancang untuk menjawab pertanyaan
tersebut dan pertanyaan-pertanyaan lain. Termasuk dalam alat penelitian adalah
wawancara penelitian ekstensif, laporan mimpi, kuesioner terperinci, dan dua
teknik proyektif-Tes noda tinta Rorchach (the Rorchach Inkblot Test) dan tes
Apersepsi Tematik (the Tematic Appreciption Test).
Para
peneliti menemukan buti-bukti lain beberapa tipe karakter lain, yang paling
umum adalah karakter tipe reseptif nonproduktif. Orang-orang dengan orientasi ini
cenderung untuk mengidolakan orang lain dan mengabdikan banyak energy untuk berusaha
menyenangkan orang yang mereka anggap superior. Saat hari pemabyaran, para
pekerja dengan tipe tersebut mereka akan menerima bayaran dengan cara hina,
seolah mereka tak pantas mendapatkannnya.
Kepribadian
eksploitatif nonproduktif di kenali sebagai karakter orientasi ketiga.
Orang-orang seperti ini cenderung terlibat perkelahian dengan pisau atau
pistol, sedangkan wanitanya cenderung menjadi penyebar gossip
(Fromm&Maccoby,1970). Hanya 10% dari populasi yang eksploitatif dan banyak
berpengaruh, sebuah presentase yang mengejutkan mengingat parahnya kemiskinan
di desa tersebut.
2.15 STUDI PSIKOHISTORIS MENGENAI
HITLER
Fromm
menganggap Hitler sebagai contoh manusia dengan sindrom pembusukan yang paling
jelas di dunia. Hitler memiliki kombinasi nekrofilia, narsisme berat, dan
simbiosis inses. Hitler menunjukan ketiga gangguan patologis, ia sangat
tertarik akan kematian dan kehancuran, terfokus secara sempit pada minat diri
sendiri dan di gerakan oleh pengabdian bersifat inses pada “ras” Jerman serta
berdedikasi secara fanatik untuk mencegah darah ras tersebut di kotori oleh
Yahudi atau “non-Aria”lainnya.
Hitler
tergolong murid di atas rata-rata pada saat bersekolah dasar, namun ia gagal di
sekolah tinggi. Selama remaja, ia mengalami konflik dengan ayahnya, yang
menginginkan dia lebih bertanggung jawab dan memiliki pekerjaan yang dapat
diandalkan sebagai pagawai negeri. Hitler,disisi lain, memiliki keinginan yang
tidak realistis untuk menjadi artis. Juga pada masa ini, dirinya semakin hilang
dalam fantasi. Narsismenya menyalakan hasrat berapi-api akan kehebatan menjadi
artis atau arsitek, namun kenyataan membawanya pada kegagalan demi kegagalan
dalam bidang ini. “Tiap kegagalan menorehkan luka pada narsisme dan penghinaan
lebih dalam dari sebelumnya (Fromm, 1973).Sebagaimana kegagalannya semakin
bertambah, ia semakin tenggelam dalam dunia fantasinya, semakin mendendam pada
orang lain, semakin termotivasi untuk balas dendam, dan semakin sifat
nekrofilia dalam dirinya.
Kesadarabn
Hitler yang mengerikan akan kegagalannya sebagai seniman semakin jelas dengan
pecahnya Perang Dunia I. Ambisinya yang kuat sekarang dapat di salurkan dengan
menjadi pahlawan perang yang berjuang untuk tanah airnya. Walaupun ia bukan
pahlawan besar, ia adalah seorang prajurit yang bertanggung jawab, disiplin,
dan berbakti. Akan tetapi, seusai perang ia mengalami kegagalan lagi. Bukan
saja bangsa tercintanya kalah dalam perang, namun revolusi di Jerman “menyerang
segala sesuatu yang berharga bagi nasionalisme reaksioner Hitler, dan mereka
menang”, kemenangan revolusi menyebabkan sifat deskruktif Hitler mencapai
puncak nya dan menjadi terbinasakan.
Fromm
menyatakan bahwa orang-orang tidak melihat Hitler sebagai seseorang yang tidak
manusiawi, menyimpulkan psikohistoris Hitler dengan kata-kata berikut ini
“Analisis manapun yang merubah gambaran Hitler dengan menutupinya dengan
kemanusiaan, hanya akan meningkatkan kecenderungan orang-orang yang terbutakan
dari calon-calon Hitler yang baru, kecuali mereka memiliki tanduk.
2.16 PENELITIAN TERKAIT
Walaupun
tulisan-tulisan Erich Fromm sangat menarik dan bermakna, gagasannya hanya
menghasilkan sedikit penelitian empiris dalam bidang psikologi kepribadian.
Salah satu alasannya mungkin karena pendekatan Fromm yang terlalu luas. Dalam
banyak arti, gagasan Fromm lebih sisiologis dari pada psikologi. Akan tetapi
Hal ini tidak berarti topik yang luas ini tidak penting bagi psikologi
kepribadian. Bahkan sebaliknya, walaupun luas dan sosiologis, kerenggangan dari
suatu kultur merupakan topik yang dapat di pelajari pada tingkat individu dalam
studi psikologis yang dapat mengimplikasi kesejahteraan.
2.17 KERENGGANGAN KULTUR DAN KESEJAHTERAAN
Ingat
bahwa tema utama dari teori kepribadian Fromm mencangkup kerenggangan dan
keterasingan: manusia telah disingkirkan dari lingkungan alam dan mereka di
rancang untuk menetap dan terpisah dari satu sama lain. Selain itu, menurut
Fromm, kekayaan materi yang di ciptakan oleh kapitalisme memberikan kebebasan
berlebihan yang begitu banyak sehingga terus terang kita tidak tahu apa yang
harus kita lakukan terhadap diri kita sendiri.
Tujuh
puluh dua partisipan melengkapi kuesioner yang terdiri dari beberapa nilai yang
telah di identifikasi oleh penelitian sebelumnya bahwa nilai-nilai tersebut
terdapat di banyak kultur yang berbeda (seperti pentingnya kebebasan, kekayaan,
keimanan, dan sebagainya). Pertama para partisipan memberi peringkat tiap-tiap
nilai, seberapa penting nilai tersebut sebagai prinsip yang membimbing mereka
dalam hidup, lalu mereka memberi peringkat pada nilai yang sama akan seberapa
penting nilai tersebut sebagai prinsip yang membimbing bagi masyarakat.
Memberikan kuesioner seperti ini memungkinkan penelitiuntuk mengukur tingkat
perbedaan nilai yang di pegang partisipan dengan nilai dalam masyarakat secara
umum. Kedua, kerenggangan di ukur dengan cara meminta partisipan untuk
melengkapi kuesioner dengan bagian dimana mereka harus menjawab seberapa dalam
mereka merasakan perbedaan dengan masyarakat dan tingkat dimana mereka merasa
tidak “normal” dalam kultur mereka.
Penemuan
dari penelitian ini seperti yang di perkirakan. Semakin seseorang menyatakan
bahwa nilai-nilai mereka berbeda dengan masyarakat secara umum,semakin ia
cenderung merasakan kerenggangan (Benard, Gebauer, & Maio,2006). Hal ini
tidak mengejutkan karena pada dasarnya, apabila nilai-nilai kita berbeda dengan
nilai masyarakat atau kultur kita, maka kita akan merasa bahwa diri kita
berbeda dan tidak normal. Hal ini juga persis seperti yang di perkirakan oleh
teori Fromm. Semakin seseorang merasa jauh dengan orang-orang dilingkungannya,
semakin ia cenderung merasa terasingkan.
Penemuan-penemuan
ini jelas mendukung gagasan-gagasan Erich Fromm. Masyarakat Modern dimana kita
hidup menyedihkan kita banyak sekali kenyamanan dan keuntungan. Akan tetapi,
kenyamanan tersebut tidak dating begitu saja. Kebebasan dan Individualitas
memang penting, namun ketika muncul paksaan-paksaan yang mendorong mereka
merasa renggang dari masyarakat, hal ini bias berbahaya bagi kesejahteraan
mereka.
2.18 BEBAN KEBEBASAN DAN BUJUKAN
POLITIK
Satu
area dimana gagasan-gagasan Fromm terus berpengaruh adalah perkembangan
keyakinan politik (de Zavala & Van Bergh, 2007; Jost, Glaster, Kruglanski,
& Sulloway, 2003; Oesterrich, 2005). Mekanisme pelarian sebagai tanggapan
dari beban kebebasan terimplikasi dalam keyakinan politik, khususnya dalam
authoritariansm dan konfomitas. Authoritariansm, contohnya, mencakup perolehan
kekuatan dengan cara bersatu dengan seseorang atau system keyakinan yang lebih
kuat dari pada individu yang mencari kekuatan (Fromm, 1941). Setia secara tulus
pada suatu partai politik adalah satu cara untuk bersatu dengan system yang
lebih kuat dari pada individu.
Bagi
psikolog kepribadian, salah satu aspek menarik dari kekayaan politik adalah
untuk mengukur bagaimana manusia mengembangkan bujukan politik yang mereka
lakukan dan apakan kepribadian dapat memperkirakan jenis partai politik yang
akan menarik bagi tiap individu (Fromm 1941).
Jack
dan Jeanne Block (2006) melakukan penelitian longitudinal dimana mereka
mengukur kepribadian sekelompok murid taman kanak-kanak. Hampir dua puluh tahun
kemudian, mereka melanjutkan penelitian dengan partisipan-partisipan ini (
banyak di antara mereka yang sedang atau sudah lulus kuliah) kemudia menanyakan
keyakinan politik mereka.
Dua
puluh tahun setelah taman kanak-kanak, para peneliti meminta para dewasa
tersebut untuk melengkapi kuesioner penilaian diri untuk mengukur keyakinan
politik mereka. Anak-anak yang di gambarakan oleh guru-guru mereka dua puluh
tahun yang lalu sebagai anak yang mudah tersinggung, sulit membuat keputusan,
penakut, dan kaku cenderung untuk memilih politik konservatif di usia 20 an.
Penelitian
ini tidak hanya menunjukan bagaimana manusia tumbuh untuk mengatasi “beban
kebebasan” dengan cara berbeda, meminjam kata-kata Fromm, namun juga menunjukan
betapa kuatnya kepribadian mampu memperkirakan , bahkan ketika kepribadian di
ukur saat usia masih sangat muda.
2.19 KRITIK TERHADAP FROMM
Erich
Fromm mungkin salah satu penulis esai paling cerdas dari semua teoretikus
kepribadian.
Sebagaimana
teoritikus teori psikodinamikalainnya, Fromm cenderung menggunakan pendekatan
global untuk konstruksi teori, menegaskan bentuk abstrak yang tinggi dan megah
yang lebih bersifat filosofis ketimbang ilmiah, pemahamannya akan sifat manusia
di sambut gembira oleh banyak orang, terbukti dengan popularitas buku-bukunya.
Paul
Roazen (1996) menyatakan bahwa, seseorang tidak di anggap terdidik bila ia
tidak membaca tulisan Fromm, yaitu escape from freedom yang di tulis secara
fasih.
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Secara umum pandangan fromm mengenai
seseoarang ditengah tengah masyarakat adalah sangat praktis, teorinya secara
umum dapat digolongkan dalamm psikologi sosial yang mengkontruksi teori
kebutuhan fisik dan psikis manusia serta tujuan masyarakat secara mutual dapat
terpuaskan.
Kepribadian yang sehat menurut Erich
Fromm adalah pribadi yang produktif yaitu pribadi yang dapat menggunakan secara
penuh potensi dirinya. Kepribadian yang sehat menurut Fromm ditandai beberapa
hal antara lain pola hubungan yang sehat (konstruktif), bukan atas dasar
ketergantungan ataupun kekuasaan dalam hubungan dengan orang lain, kelompok,
dan Tuhan. Transendensi (kebutuhan untuk melebihi peran-peran pasif, melampaui
perasaan tercipta menjadi pencipta yang aktif-kreatif). Perasaan berakar yang
diperoleh melalui persaudaraan dengan sesama umat manusia, perasaan
keterlibatan, cinta, perhatian, dan partisipasi dalam masyarakat. Perasaan
identitas sebagai individu yang unik. Memiliki kerangka orientasi (frame of
reference) yang mendasari interpretasinya yang objektif terhadap berbagai
peristiwa.
DAFTAR
PUSTAKA
·
Jess Feist, Gregory J.Feist.2010.Teori Kepribadian.Jakarta:Salemba
Humanika
·
https://syauquljazil.wordpress.com/2012/12/27/erich-from-psikologi-kepribadian/